Kau akan kemana, Bell? Pulang? Apa kau yakin kedua tangan ayah akan menyambut kita?" teriak Rossie di tengah keramaian dermaga.
"Pagi itu sangat cerah dengan lagit biru dan udara yang sudah semakin dingin. Sudah dipikirkan semalaman, jika tempat ini bukanlah tempatnya. Bell yang bersedih akhirnya memutuskan untuk pulang saja ke Violta.
"Apa kau seperti ini karena Leon?" tanya Rossie setelah berhasil menarik tangan Bell. Bell terdiam, seolah mengiyakan pertanyaan Rossie. "Apa dia tahu jika kau pergi?"tanyanya lagi.
"Aku tahu kau menyukai Leon. Tidak sepantasnya aku berada di tempat itu, terlebih setelah dia membohongiku."
"Maaf."
"Kenapa kau meminta maaf, Ross. Akulah yang salah di sini. "
"Tidak, akulah yang salah. Aku tidak meluruskan kesalahpahaman kita. Aku sama sekali tidak menyukai Leon. Dan sebenarnya aku sudah tahu tentang dia sejak aku tinggal di Galeri."
Bell terbelalak. "Kenapa kau tidak menceritakannya? "
"Tentu saja Leon melarangku. Dia tidak mau kau merasa tidak nyaman di tempat itu. Dia begitu menyukaimu."
Bell mengerutkan dahi. "Apa maksudmu?"
"Ya, begitulah. Sejak awal dia memang menyukaimu," ucap Rossie gugup.