Terik matahari menyusup melewati tiap celah bangunan kota. Orang-orang sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Udara terasa sempit di sekeliling Rossie siang itu. Secangkir teh tidak lagi terasa nikmat dicecapnya.
"Sampai kapan kau akan merahasiakan ini dari Bell, Leon? Apa kau tidak takut dia akan marah padamu?"
"Baik sekarang atau nanti, aku yakin dia akan tetap marah, Ross." Leon kembali menikmati seteguk teh itu. Menjeda. "Aku hanya tidak mau terburu-buru."
"Terserah kau saja. Aku harap kau tidak mencariku saat kau butuh bantuan," ucap Rossie marah.
Tanpa sepengetahuan Bell, ternyata Leon adalah Duke Landgrass atau Tuan pemilik Mansion tempatnya bekerja. Sedangkan Rossie mengetahui hal itu sejak mereka kembali bertemu. Rossie bekerja di Galeri milik keluarga Landgrass dan tentu saja dia ada di sana saat sang pemilik datang berkunjung.Â
Rossie berkali-kali menghela napas panjang. Kakinya melangkah pelan menyusuri tiap jengkal jalanan kota. Orang-orang yang berlalu-lalang tidak menggoyahkan pikiran kacaunya.
"Percayalah semua akan baik-baik saja, Ross!" ucap Leon menenangkan.Â
"Berhenti memanggilku begitu."
Leon terkekeh. Gadis di depannya itu mengacungkan telunjuk padanya. "Hei, bukankah aku adalah tuanmu sekarang?"
"Entahlah. Aku bahkan lupa siapa yang harus aku sapa Tuan,"ucap Rossie dengan nada mengejek.
"Aku akan memberikan upah tambahan dua kali lipat jika kau jaga ucapanmu pada Bell."