Mohon tunggu...
Umiyamuh
Umiyamuh Mohon Tunggu... Novelis - Seorang Penulis

Bukan orang penting, hanya seseorang yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bell dan Rossie | Saudari

10 Juni 2024   20:45 Diperbarui: 10 Juni 2024   21:28 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bukankah kau yang sudah melupakanku? Kau bahkan tidak tahu, kan, kalau aku dalam kesulitan di hari pertamaku?" Rossie tersedu.

"Ross ..., maafkan aku, tapi kau sendiri yang menginginkan itu, bukan? Kau tidak mau ikut denganku, kau pergi sendiri ---"

"Kau menyalahkanku? Iya?"

"Berhentilah bersikap seperti anak kecil!" Bell meninggikan suaranya. 

Rossie menangis. Gadis itu menyembunyikan wajahnya di balik selimut. Keduanya terdiam hingga terbuai di alam mimpi. Banyak hal terjadi, banyak kisah yang sebenarnya ingin keduanya sampaikan. Tapi semua tertahan oleh tangisan.

"Apa kau Anda masalah dengan Nona Bell?" Aster menatap serius wajah Rossie. Keduanya tengah sama-sama merapikan tumpukan buku di perpustakaan milik Aster.

"Aku baik-baik. Anda tidak perlu mengkhawatirkan kami."

"Kalau begitu saya sedikit merasa lega. Saya tahu kalau kalian tidak pernah berpisah cukup lama. Bell sering bercerita pada saya, kalau kalian selalu bersama."

"Ini memang pertama kalinya bagi kami berpisah, dan itu cukup lama. Tapi aku tidak percaya kalau sekarang Bell seangkuh itu."

Aster mengerutkan dahi. "Menurutmu Bell angkuh?"

Rossie mengangguk. "Lihat saja cara dia berbicara sekarang, ini kali pertama kalinya juga dia membentakku."

Sementara di tempat lain, Bell tengah memetik tomat bersama dengan Lily.

"Hari ini Anda terlihat sedih, Nona Bell?" ucap Lily. Bell hanya diam, tampaknya gadis itu tidak mendengar ucapan gadis kecil di sampingnya itu. Lily kemudian menarik pakaian Bell.

"Ada apa Lily?"ucap Bell karena terkejut pakaiannya ditarik. 

"Apa Anda ada masalah?"

"Tidak, aku tidak apa-apa." Bell mengusap rambut pirang Lily. "Kau tak perlu khawatir."

"Anda mencemaskan Nona Rossie?"

"Tentu saja. Karena kita saling menyayangi.  Bagaimana mungkin aku tidak khawatir dengannya yang tinggal di tempat asing seperti ini." Bell menyeka air matanya.

"Mungkin kalian hanya perlu bicara dari hati ke hati, Nona. Aku melihat yang kemarin, Anda mengapa membentak Nona Rossie?"

"Ya, kau benar. Aku harus segera menemuinya dan meminta maaf."

Sebuah pelukan menyatukan kehangatan hubungan persaudaraan antara Bell dan Rossie.  Dengan sangat antusias Rossie menceritakan bagaimana kehidupannya bekerja di sebuah galeri impiannya. Tidak hanya bekerja dia juga belajar melukis. Sesuatu yang sangat dilarang oleh sang Ayah. Bell hanya jadi pendengar sepanjang malam. Tidak ada yang pantas dia ceritakan, begitu pikir Bell. Seorang pelayan. Semua orang tahu apa itu pekerjaan pelayan, tidak ada yang menarik dari pekerjaan itu.

"Tidurlah Ross, bukankah besok kau akan kembali bekerja?"

"Kau juga, Bell."

"Tentu saja."

Bersambung.....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun