Matahari yang cerah, burung berkicau dan aroma lezat silih berganti singgah di hidung. Keadaan ini sangat berbeda ketika Bell dan Rossie berada di Violta, Pulau terpencil tempat mereka lahir dan dibesarkan.
"Selamat pagi, Nona-nona. Leon bilang, kalian akan butuh pakaian, cobalah beberapa pakaian saya ketika masih gadis, saya harap kalian menyukainya."
Sebuah gaun sedikit lusuh di makan waktu, sederhana tapi terlihat nyaman. Tertata rapi dalam sebuah tumpukan, Aster meletaknnya di atas tempat tidur.Â
"Terima kasih, saya akan mencobanya." Bell meraih salah satu gaun itu. Ukurannya sangat pas. "Kau juga harus mencobanya, Rossie,"pinta Bell.
"Aku percaya dengan penilaianmu, dan ukuran kita sama persis untuk apa aku mencobanya. Aku akan langsung memakainya setelah membersihkan diri."
"Maafkan ketidaksopanan saudari saya, Aster," ucap Bell.
Aster hanya tersenyum. "Tidak masalah,"ucapnya kemudian. "Apa kau mau ikut denganku? Kau dan saudarimu akan mendapatkan pekerjaan yang layak di sana."Â
Bell menatap Rossie yang tengah membereskan pakaiannya. "Aku akan ikut, tapi Rosssie?" Gadis itu terdiam sejenak. "Apa kau akan ikut?"
"Aku tidak ingin jadi pelayan," ucap Rossie sok tahu.
Bell menghela napas panjang. "Ayolah, Ross. Kita harus bekerja sama. Bukannya aku sampai di sini karena kau membawaku? Apa salahnya jika menjadi seorang pelayan? Mereka dapat upah."