Setelah perbincangan cukup panjang dan menguras banyak energi, ketiganya melanjutkan perjalanan hingga di ujung jalan berbukit. Ada sebuah rumah pondok tua yang usang di pinggir hutan. Hari sudah menjelang malam dan mereka semua kelelahan.
"Apa ini rumah nenekmu?"tanya Rossie.
"Bukan. Hanya rumah seseorang yang aku kenal."
Sesaat setelah Leon mengetuk pintu, seorang wanita paruh baya menyambut mereka dengan senyum lebar. Seolah baru saja kedatangan tamu istimewa.Â
"Perkenalkan nama saya, Aster dan ini anak perempuan saya Lily,"ucap wanita itu. "Saya hanya tinggal berdua dengan Kakek Lily karena suami saya dan anak laki-laki saya seorang prajurit. Jadi kalian tinggal saja di sini semau kalian, pasti akan ramai jika banyak orang bergabung." Wanita itu terus bercerita sembari menyiapkan makan malam. Ramah dan hangat. Sesuatu yang belum pernah Bell dan Rossie rasakan.
"Terima kasih karena Anda mau menampung kami," ucap Bell. "Rumah Anda terlihat nyaman dan hangat."
"Kedua Nona ini datang dari jauh, Aster. Aku harap kau bisa membantu mereka." Leon terlihat terburu-buru merapikan barangnya. Dia tidak akan tinggal, ada tempat lain yang ingin didatanginya.
"Apa kau akan kembali?"tanya Bell.
Leon mengerutkan dahi. "Apakah Nona Bell sudah merindukanku?" goda lelaki itu. "Aku akan sering datang. Percayalah. " Leon kemudian pergi dan menghilang di tengah kegelapan.Â