Mohon tunggu...
Umiyamuh
Umiyamuh Mohon Tunggu... Novelis - Seorang Penulis

Bukan orang penting, hanya seseorang yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Bell dan Rossie: 1 | Sang Pelaut

21 Mei 2024   22:27 Diperbarui: 18 Juli 2024   21:35 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dibuat di Canva

"Selamat pagi, Bell. Apa kau sudah dengar ada kapal besar bersandar di dermaga?"

Perempuan yang di sapa Bell itu menguap. Matahari sudah mulai meninggi tapi dia belum juga bangun dari tempat tidurnya. 

"Kau terdengar sangat bersemangat, Rossie? Apa kau baru saja bertemu dengan seseorang dari kapal itu?" Goda Bell pada kembarannya,  Rossie. Pipi Rossie tampak memerah. Tebakan Bell tidak meleset. "Aku harap dia lelaki yang baik."

"Aku tahu, kau tidak perlu khawatir padaku, Bell."

"Ayah akan memukul bokongmu 10 kali jika kau berbuat aneh-aneh lagi. Aah, bukan 10 tapi aku harap 100 kali saja."

"Jika itu terjadi, aku akan membuat kau yang mendapat hukuman itu untukku, Bell."

"Keterlaluan," ucap Bell kesal. 

Isabell dan Rossie merupakan gadis kembar yang sangat identik. Keduanya adalah Putri seorang Baro kaya raya dari sebuah pulau yang cukup terpencil dari pusat kota kerajaan. Pulau tempat mereka tinggal jarang disinggahi kapal besar. Jadi jika ada kapal besar yang singgah,  seisi pulau akan ramai dan tidak jarang mereka akan berbondong-bondong melihat kapal itu dan apa saja yang mereka bawa.

"Langkahmu terlalu cepat, Rossie," ucap Bell yang terengah-engah ketika mengejar Rossie. Gaun yang dia kenakan hari ini cukup berat untuk menyulitkan dirinya.

"Kau yang terlalu lamban, Bell. Lihat itu," tunjuk Rossie pada seseorang di atas kapal.

"Apa dia kekasihmu, Rossie?"

Rossie menggeleng."Bukan lelaki itu, melainkan seseorang yang duduk di sebelahnya. "

"Dia kekasihmu?" tanya Bell lagi.

Lagi-lagi Rossie menggeleng. "Belum. Tapi aku harap dapat berkenalan dengannya."

Bell tertawa mengejek saudari kembarnya itu. "Maxi!" seru Bell sambil melambaikan tangan. Lelaki yang ditunjuk Rossie menoleh, dia juga lelaki yang sama dengan seseorang yang Bell panggil. Rossie mengernyitkan dahi. "Kau tahu namanya?" ucap Rossie tak percaya. Bell hanya mengangguk. Pandangannya tak lepas dari lelaki itu yang kini tengah menuruni anak tangga. 

"Aku benci mengatakannya tapi kali ini kau menang, Bell."

"Aku tidak sedang dalam perlombaan,  Rossie." Bell berkaca pinggang."Aku hanya berkenalan dengannya kemarin karena tidak sengaja. Bukankah kau yang menolak perintah Ayah untuk mengantar apel untuk Bibi Jane? Maxi adalah keponakan dari Bibi Jane," jelas Bell. 

"Halo Bell, apa dia Rossie saudarimu? Kalian sungguh mirip. Aku bahkan tidak dapat membedakan." 

Rossie yang merasa kesal hanya diam saja. 

"Aku harus pergi karena ada tugas dari Ayah. Rossie, akan mengantarkanmu ke lumbung keluarga kami untuk melihat buah-buahan yang akan diangkut."

Rossie lagi-lagi mengerutkan dahi. "Apa maksudmu?"

Bell tersenyum tipis. "Aku memberimu kesempatan untuk lebih dekat dengan lelaki yang kau sukai,  lakukan saja apa yang aku katakan,"bisik Bell.

"Tolong antarkan saya, Lady Rossie," ucap Maxi kemudian mencium punggung tangan Rossie. Ini sopan santun, tapi sangat canggung bagi Rossie.

Bersambung....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun