Mohon tunggu...
Umiyamuh
Umiyamuh Mohon Tunggu... Novelis - Seorang Penulis

Bukan orang penting, hanya seseorang yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hati yang Kau Hancurkan

27 Februari 2024   11:25 Diperbarui: 28 Februari 2024   09:20 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi pribadi dibuat di Canva 

"Eh, Mbak Mira. Mau beli apa?" tanya Penjaga Warug. Perempuan yang disapa Mira itu diam sejenak, melihat apa yang terpajang di etalase. "Mbak mau beli vitamin?" Penjaga Warung kemudian menarik kaca penutup etalase. 

"Enggak, Bu!" Mira menghentikan Penjaga Warung. "Saya mau beli mi instan saja."

Setelah Mira pergi datanglah Bu Yanti. Matanya masih mengawasi Mira yang berjalan menjauh. "Tumben Mbak Mira keluar."

Baca juga: Semudah Itu Kah?

"Mungkin disuruh suaminya beli mi,"jawab Penjaga Warung dengan santai. "Bu Yanti mau beli apa?"

"Eh, iya saya mau beli apa, ya?"

"Ibu dari rumah ke warung niatnya mau beli apa?" tanya Bu Asih yang baru datang. "Kemarin bilang mau masak sayur asam, Bu? Daun melinjo di kebun saya sudah siap petik, lho."

Baca juga: Kuat dengan Caramu

"Beneran, Bu? Ya udah, deh. Saya mau petik daun melinjo saja. Nggak jadi beli." Bu Yanti berlalu meninggalkan pejaga warung dan Bu Asih.

Praangg...

Baca juga: Kalau Gagal?

Terdengar suara benda yang pecah. 

"Apa yang pecah?"ucap Bu Yanti penasaran. Tidak lama kemudian suara keras dari pintu yang dibanting. "Ada apa, sih?" Bu Yanti yang tengah memetik daun melinjo itu makin penasaran. Di lihatnya satu-satunya rumah di sana. Rumah Bu Mira. "Ada apa, sih?" ucapnya lagi. Saat seseorang membuka jendela, Bu Yanti bersembunyi di balik rimbun semak dan pohon melinjo. Suami Mira rupanya. Membuka jendela dengan keras lalu melihat sekitar seolah tengah mengawasi keadaan sekitar.

"Jangan, Mas! Tolong maafkan saya," teriak seorang perempuan. Jelas itu Mira. Bu Yanti mematung, melihat Joko tengah mengankat Mira di pundaknya dan bersiap melepar perempuan itu keluar jendela. Mira jatuh tersungkur, dengan cepat Joko menutup pintu dan bergegas pergi dengan sepeda motornya. 

"Mira, kamu masih hidupkan?" Bu Yanti memastikan.

Perempuan itu terisak. Membuat hati Bu Yanti sedikit lega. Bu Yanti membantu Mira bangun dan memapah perempuan itu ke dalam rumah. "Maaf jika kurang sopan, tapi sebenarnya apa yang terjadi?" Bu Yanti mengusap punggung Mira. Tapi perempuan itu hanya menangis. "Tak apa jika kamu nggak bisa cerita. Tapi saya nggak mau kamu diam saja diperlukan seperti itu oleh Joko."

"Saya harus bagaimana Bu Yanti? Saya takut jika harus melawan. Dia selalu mengancam akan membunuh anak-anak." Suaranya parau dan berat.

"Ini bukan yang pertama, 'kan? Saya tahu, setiap kali Joko pulang, kamu pasti jarang keluar rumah. Dan setelah Joko pergi, tubuhmu banyak bekas luka. Kamu mau bertahan sampai kapan? Sampai dia membunuhmu?"

Tangis Mira pecah. Tubuh kurusnya dipeluk erat Bu Yanti. Joko akan pulang lagi setelah dua minggu pergi, tidak ada yang tahu apa pekerjaan lelaki itu, bahkan Mira sekalipun tidak tahu. Lelaki itu pulang hanya dua tiga hari lalu pergi lagi hanya untuk menyakiti Mira. Mira tidak mempunyai keluarga, sebelum menikah dengan Joko, Mira hanya seorang pelayan di rumah makan milik tetangga Joko. Sebelum menikah, Joko adalah lelaki yang baik dan begitu perhatian. Tapi setelah mempunyai dua orang anak sikap dan perilakunya terhadap Mira berubah.

"Gimana, Mira? Kamu sudah siap?" tanya Arya. Anak dari bekas majikannya. Sekali lagi Mira menoleh menatap sayu rumah yang pernah ditinggalinya bersama Joko selama lima tahun itu. "Bergegaslah, nanti kamu ketinggalan kapal."Arya membuka pintu mobilnya.

"Mira! Tunggu!" teriak seseorang. "Apa kamu nggak mau menunggu kita." Bu Yanti dan Bu Asih tergopoh-gopoh seakan melihat Mira tengah berlalu pergi. Keduanya lalu memeluk Mira. "Jangan kembali! Mir. Tapi jangan lupa buat kasih kabar. Saya mau kamu bahagia di manapun nanti kamu berada." Suara Bu Yanti terdengar lirih.

"Kalau nanti Joko pulang saya akan pura-pura nggak tahu apa-apa, tenang saja," timpal Bu Asih. Mira hanya membalasnya dengan senyuman. 

Tepat jam 9 malam Mira dengan kedua anaknya pergi meninggalkan rumah itu dan keluar pulau. Dengan bantuan Arya dan keluarganya, Mira berharap dapat hidup lebih baik meskipun tanpa Joko. Sedangkan Joko, lelaki itu pulang setelah kepergian Mira. Mengetahui anak dan istrinya pergi, dengan gelap mata Joko menghancurkan separuh dari rumahnya yang kini kosong melompong. Ya, sebelum pergi Mira telah banyak menjual perkakas dan perbotan di rumah itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun