"Apa Kakek baik-baik saja?"
"Sepertinya udara di tempat ini sudah sedikit dan aku harus berbagi dengan seekor kuda,"
"Kita bisa istirahat sebentar di sini."
Bola cahaya itu berhenti. Mengambang dan bergerak kesana-kemari.Â
"Apa bola cahaya itu baik-baik saja?"
"Saya juga tidak tahu. Tapi sepertinya dia cemas."
"Apa aku boleh tahu bagaimana bisa kau yang bukan anak kandung Grand Duke dapat membuat bola cahaya merah muda seperti itu?"
Nath lalu menunjukkan sebuah belati. "Aku hanya memikirkan nya lalu menjentikan jariku. Mungkin berkat batu Ruby ini," Tunjuknya pada sebuah batu sebesar kelereng yang menempel pada gagang belati itu.
"Ini milikmu?"
Kakek tua itu hendak menyentuh belati itu namun Nath menariknya. " Saya tidak suka ada orang lain yang menyentuhnya."
"Dasar pelit!" Kakek itu kembali menggerutu, "Yang aku tahu, batu itu hanya dapat dimiliki oleh orang keturunan Raja. Jika orang biasa memiliki batu itu---batu itu tidak bedanya dengan kerikil di jalanan. Karena hanya keturunan Raja saja yang mempunyai mana elemen murni lebih dari satu bahkan dua. Mengakulah kau anak muda! Berapa mana elemen murni yang kau miliki?"