Mohon tunggu...
Umiyamuh
Umiyamuh Mohon Tunggu... Novelis - Seorang Penulis

Bukan orang penting, hanya seseorang yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Winter Lily: Kakek Tua (Bagian 27)

6 Agustus 2023   08:49 Diperbarui: 6 Agustus 2023   09:05 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Satu jentikan jari sebuah api muncul dari jari Nath. Kini gelap itu sedikit memudar. "Kita akan baik-baik saja. Kau tak perlu cemas!" ucap Nath menenangkan Si Hitam yang bahkan tidak mengerti ucapanya. 

"Apa gua ini mempunyai ujung yang dapat di tembus? Kalau iya itu lebih bagus. Aku tidak mau berurusan dengan monster tadi." 

Nath melepaskan api di ujung jarinya itu untuk terbang di depan mencari tahu. Sedangkan di jarinya muncul lagi api lain. 

"Apa kau lapar?" Nath memberikan sepotong roti isi bekalnya dari Anna. Kuda itu lahap tak menyisakan satu remahanpun. 

"Kau sangat lapar rupanya." 

Api miliknya kembali. Sykurlah kabar baik darinya. Ada ujung gua dengan pintu keluar di depan. Tanpa Nath tahu bahwa Huston dan rombongan telah bertemu dengan barisan monster sebelum bertemu pasukan lawan. Semua mati. Hanya Huston yang sampai ke markas. Di susul Artur dan 200 pasukannya yang hanya bertemu dengan beruang dan harimau. 

Tidak ada yang tahu kabar Nath. Dimana dia dan apa putri kesayangan Grand Duke itu masih hidup atau tidak. Tidak ada yang berani kembali kecuali Artur. Secepat kilat laki-laki itu menyusuri lembah Rusa. 

"Nathalia .... Apa kau masih hidup? Jawablah!!!" teriaknya pada hamparan ilang berlumuran darah. 

"Apa Kakek ini sungguh manusia?"

"Tidak sopan! Apa kau tidak lihat kalau aku ini manusia?"

"Bagaimana saya percaya kalau Kakek itu manusia. Mana ada manusia tinggal di dalam gua yang gelap seperti ini." 

"Kau lihat mataku, kakiku, tubuhku! Apa kau pikir aku monster? Atau penyihir?"

"Emm ..., Kakek seperti penyihir jahat yang tengah bersembunyi!"

Pertemuan mereka terjadi setengah jam lalu. Seorang Kakek tua berpakaian kain seadanya duduk mendongak tengah mengharapkan tetesan air dari atap gua. Nath yang penasaran menyentuh dan betapa terkejutnya saat benda yang di sangka patung itu hidup dan mengomelinya tak berjeda. 

"Sudahlah aku ceritakan pun kau tidak akan percaya!"

"Saya percaya!"

Kakek itu menatap tajam Nath. Beberapa menit lalu sebuah bola api sebesar apel Nath keluar kan dan kini tengah membakar batu dalam gua--- membuat cahaya lebih terang dan hangat di sekitar mereka.

"Sekarang tahun apa?"

"179 dan masih perang. Pertanyaan Kekek aneh sekali!"

"Apa-apaan angka itu? Bukankah ini tahun tikus bulan?"

"Tikus bulan? Apa itu?"

"Sudahlah aku lapar. Berikan lagi roti itu!"

"Ceritakan, Kek! Saya akan kasih semua roti itu untuk Kakek!"

"Sungguh?"

Nath mengangguk---mengiyakan keinginan sang Kakek[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun