Mohon tunggu...
Umiyamuh
Umiyamuh Mohon Tunggu... Novelis - Seorang Penulis

Bukan orang penting, hanya seseorang yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Winter Lily: Perjalanan Dimulai (Bagian 26)

3 Agustus 2023   08:37 Diperbarui: 3 Agustus 2023   10:36 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah bangunan megah bercat hijau muda dengan pahatan daun dan bunga di bagian depannya berdiri agung menyambut Nath yang baru saja turun dari kereta kudanya. Jeremy mengulurkan tangan membantu sang Nona, menapaki langkah pertamanya menuju bangunan tua peribadatan orang-orang Grastle. 

Nath sedikit menaikkan gaun merah muda yang ia kenakan sore itu. Angin semilir dingin mengecup pipinya yang merona karena polesan. Hatinya juga dingin. Di saat penting, tidak satupun keluarganya menyaksikan. "Ayah, aku tidak menikah, aku hanya akan bertunangan. Yang kelak akan berakhir juga tanpa sisa," batin Nath menguatkan.

Di tengah guyuran sinar emas matahari sore, Nath dan Artur berhadapan saling berpegangan tangan. Nath menutup mata begitu juga Artur. 

Setelah banyak kalimat yang diucapkan oleh tetua keduanya kini resmi jadi tunangan yang diberkati, "Selamat Tuan!" ucap kakek tua itu. Hanya dibalas anggukan oleh Artur.

Ada sebutir kemilau di ujung mata Nath. Dia tidak sedih. Hanya saja, ini terlalu membuatnya emosional. 

"Selama satu minggu ke depan kita akan mempersiapkan keberangkatan menuju medan perang. Anda boleh berlatih sesuka hati Anda,"

"Terima kasih atas kemurahan hati Anda."

"Kembalilah ke kamar. Anda pasti lelah. Sampai jumpa waku makan malam," Artur mengusap bulir air mata Nath kemudian mengecup keningnya. 

Pipi Nath panas seperti terbakar. Betapa malunya dia di hadapan kakek tetua, Jeremy dan Madam Floyn serta Bart. 

Artur memegang tangan Nath dan mengandeng nya menuju kereta kuda. Di awali Nath lalu diikuti Artur. Kedua duduk berhadapan.

"Jika perbuatan saya barusan membuat Anda kurang nyaman. Saya meminta maaf. Mohon Anda tidak salah paham."

Selama satu minggu Nath mempersiapkan keberangkatan. Berlatih pedang, mengendalikan Mana hingga mengenali dan mempelajari peta wilayah perbatasan yang berbukit serta lembah sarang monster dan hewan buas.  Pelajaran dasar yang sebenarnya sudah sejak kecil ia pelajari.

"Kita datang sebagai pasukan bantuan. Mungkin saja musuh sudah tahu jika kedatangan kita akan semakin memperkuat pertahanan Gradiana. Jadi saya berpikir agar pasukan kita di bagi jadi dua. Pasukan yang berangkat lebih awal akan lewat jalur biasa. Lembah Rusa. Sedangkan pasukan kedua akan melewati jalur hutan kematian. Keduanya memiliki kesulitan yang sama. Kita akan mengecoh dengan beberapa pasukan bayangan bersama pasukan yang melewati hutan kematian yang akan berjumlah lebih sedikit."

Di hadapan Artur dan beberapa kesatria Jenderal Huston menjelaskan rencana yang ia miliki. Nath yang juga ikut dalam rapat itu, dengan seksama mendengar kan penjelasan Huston. Esok pagi saat matahari masih bersembunyi, semua pasukan harus sudah melewati perbatasan Grastle. Hamparan padang rumput, Hutan Liana berduri, Sungai Karang dan akhirnya sampai pada dua bukit yang terpisah oleh lembah sempit dan curam. Itu adalah Lembah Rusa. Satu- satunya jalan menuju Gurun Putih di tepi laut merah jambu tempat pecahnya pertempuran sejak puluhan tahun lalu. Di kanan kiri Lembah Rusa adalah Hutan kematian--- di sanalah para monster peliharaan penyihir tinggal. Hutan yang sangat rimbun hingga membuat siapapun bisa tersesat dengan mudah jika memasuki nya.

Nath masuk dalam pasukan satu yang akan melewati Lembah Rusa bersama Huston, kesatria Grastle serta 50 prajurit lain. Sedangkan Artur akan melewati hutan kematian dengan 200 pasukannya. 

Baju zirah telah melekat pada tiap pasukan. Pasukan satu sudah berada jauh di depan. Memacu kuda-kuda mereka menembus temaram. Pasukan dua memilih bukit kanan hutan kematian. Lebih sopan pada kaki kuda mereka. Saat matahari menyingsing para monster tidak akan berdaya di dalam gua--- tapi itu menurut mereka. 

Batu ruby merah yang dibawa Nath telah membangun kan monster itu dari tidurnya. Batu-batu tebih berguguran mencegah kuda yang di kendalikan Huston melanjutkan perjalanan. 

"Ada apa?" tanya seorang kesatria.

"Tebingnya bergerak. Kita dalam bahaya,"

"Kita harus bagaimana?" tanya kesatria itu lagi.

"Ada apa?" tanya Nath yang baru saja dapat menyusul Huston. 

"Saya tidak tahu kenapa Tuan Duke mengizinkan Anda ikut. Tapi saya harap Anda tidak merepotkan. Paculah kuda Anda hingga dapat menyusul saya, hiyaa ...." Dengan cepat kuda yang ditunggangi Huston melesat. 

Nath mengikuti Huston namun sia-sia. Dia tetap tertinggal. Batuan sebesar semangka lagi-lagi berjatuhan dari atas tebing. Kuda yang dinaiki Nath terkejut---tubuh Nath tersungkur ke tanah berpasir. 

"Anda baik-baik saja?"

"Aku baik-baik saja! Cepat susul Huston!" Nath kembali berdiri dan menaiki kudanya. Tapi kabar buruk untuknya. Kuda hitam miliknya terluka. 

"Hitam! Kakimu terluka. Apa kau bisa berjalan? Tapi pasti sakit kan?" Nath mulai berpikir. Jika ia terus pacu kudanya, mungkin Hitam, kuda kesayangannya sejak di Grastle itu bisa mati. Tapi jika ia hanya berjalan menuntun Hitam setelah mengobatinya mungkin dia yang akan mati. Kuda terakhir pasukan yang bersamanya telah meninggalkan nya jauh di belakang. Batu-batu itu juga masih berguguran.

Nath memutuskan untuk mencari gua dan mengobati luka kaki si Hitam lebih dahulu. Ternyata tidak sulit, dengan cepat  dia menemukannya. Gua yang tidak begitu besar. Nath dan kudanya memasuki gua. Sebuah kantong ia keluarkan dari dalam tas yang ia bawa. Ramuan obat luka yang sengaja Anna buat. 

"Ini tidak sakit kau tenanglah," ucap Nath pada kudanya yang mendadak mundur saat dia mendeka. Luka yang cukup membuat seekor kuda tidak bisa berlari kencang. Batu-batu itu berhasil menyentuh dua kaki depan si Hitam dan menggoresnya hingga luka menganga di sana.

Setelah di balut kain, luka itu selesai diobati. Diusapnya wajah si Hitam. Mereka siap melanjutkan perjalanan. 

KRAK!

Sesuatu menghantam pintu gua. Pijakan mereka tiba-tiba bergetar. Nath menoleh. Seekor monster besar dengan satu tangan panjang berbulu hendak memasuki gua hendak meraih Nath di dalamnya. 

Bergegas Nath menarik Si Hitam masuk lebih dalam ke perut gua.  Semakin dalam gelap dan lembab. Si Hitam yang ketakutan memekik mengeluarkan suara yang mem buat monster itu merobek pintu gua. []

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun