Mohon tunggu...
Umiyamuh
Umiyamuh Mohon Tunggu... Novelis - Seorang Penulis

Bukan orang penting, hanya seseorang yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Julia (Bagian 13: Bertemu Rez)

23 Juli 2023   09:58 Diperbarui: 23 Juli 2023   13:53 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yuri sangat menyukai rambut panjang. Tidak peduli ikal atau lurus, setiap orang yang berambut panjang akan dikaguminya. Dia selalu membayangkan rambutnya panjang terurai atau memakai jepit rambut yang lucu. Ketika berjalan rambutnya akan bergerak kesana-kemari mengikuti langkah kakinya. Gadis itu pernah suatu kali mempunyai rambut panjang, saat itu usianya 10 tahun. 

Namun setelah ibunya meninggal, Yuri mencukurnya. Rambut panjang hanya akan menyulitkan Yuri saat akan ke sekolah. Menyisir dan mengikatnya akan memakan waktunya yang berharga. Rambut panjang juga membutuhkan sampo yang lebih banyak, air yang lebih banyak pula saat mencucinya. Yuri memangkas rambutnya hingga lebih tinggi dari leher, tapi lebih rendah dari telinganya. Seperti itu sampai dewasa.

Pagi ini Julia tengah duduk di kursi pendek menatap bayangan wajahnya di cermin. Gadis itu tengah menikmati kehidupannya sebagai Tuan Putri. Rambutnya yang pirang pucat itu tengah di keringkan. Aroma anggur menguap di setiap senti udara di kamarnya. Baru saja tubuhnya dibersihkan, mandi dengan layak dengan air hangat yang memabukkan. Sungguh gadis itu telah lupa jika dia pernah hidup sengsara sebagai Yuri.

"Apa Anda suka wangi anggur yang saya pilih, Yang Mulia?" tanya Elle.

"Ya, Aku menyukainya, Elle." Julia memejamkan matanya. Dia masih sangat mengantuk. Tidur pulas yang diharapkan belum didapatkannya sejak gelar sebagai Tuan Putri diembannya.

"Anda pasti lelah sekali. Hari ini jadwal Anda adalah bertemu dengan Duke Crimson. Beliau sudah beberapa hari lalu mengirim surat permintaan menemui Anda," ucap Elle mengingatkan.

"Apa aku harus menemuinya, Elle? Aku tidak suka kalau harus bertemu dengan tunangan adikku."

"Yang Mulia Raja telah menyerahkan tugas mengawasi berbagai bidang perekonomian kerajaan kepada Anda. Saya yakin kalau Tuan Duke ingin bertemu Anda karena hal itu."

Rambut panjang Julia telah tertata rapi. Elle membuat rambut itu terurai dengan sebagian terikat, terkait cantik dengan hiasan bunga di tiap celahnya. Gaun panjang berwarna lilac dipilihnya, di sempurnakan dengan coat berwarna senada dan sarung tangan panjang hingga lengan. Lagi-lagi aroma anggur yang manis dan memabukkan menempel di tubuh Julia. Wewangian yang hanya dimiliki oleh kalangan bangsawan itu terlalu banyak Elle hamburkan pada gaun lilac Julia.

"Maaf Yang Mulia, Tuan Duke Crimson telah menunggu Anda di beranda Timur," ucap salah seorang pelayan dari balik pintu setelah kaki jenjang Julia melangkah sejengkal dari pintu kamarnya.

Julia mengangkat gaunnya yang berat lalu berdiri. "Aku akan baik-baik saja, kan, Elle?"gadis itu bersuara berat.

"Tentu saja, Yang Mulia." Elle mengikuti langkah canggung Julia.

Beranda timur tepat di sebelah bangunan yang kini di tinggali Julia. Tempat itu lebih tepat disebut taman mawar, karena hanya ada tanaman mawar berbagi jenis dan warna mengisi tempat itu. Indah tapi menakutkan. Julia ingat tempat itu. Disanalah biasanya Julia dalam cerita yang asli selalu mengundang Rez dengan segala alasan. 

Aroma bunga mawar yang menyelinap seketika saja membuat dirinya takut. Sosok Rez yang ada dipikirannya menakutkan. Julia melihat lelaki itu. Berdiri menatap danau di kejauhan. Bahunya lebar. Dia terlihat lebih rapi daripada saat mereka berhadapan kala di mansion beberapa minggu lalu.

Jantungnya berdegup kencang. Julia meyakinkan dirinya tak akan terpesona dengan lelaki itu, setampan apapun dirinya. Percepatan denyut jantung itu hanya sebuah respon kalau dia ketakutan.

"Anda sudah menunggu lama, Tuan Crimson," ucap Julia canggung. Julia melepas gaun yang digenggamnya sepanjang jalan. Jika tanpa sarung tangan dia dapat merasakan tangannya yang berkeringat saat ini. 

Rez menoleh. Dia lebih tampan, rambutnya tidak lagi berantakan. Jika diperhatikan, dia seperti orang yang baru saja memotong rambutnya sangat pendek. Dengan kakinya yang jenjang lelaki itu mendekati Julia. Dengan sedikit membungkuk lelaki itu meraih tangan Julia.

"Apa kabar Anda, Yang Mulia," ucapnya. Kalimat itu sukses membuat pipi Julia memerah. Ini ada di dalam novel dan itu yang membuat Julia dalam novel itu dalam bahaya. Jatuh cinta pada Rez, tunangan Ambeer.

Itu hanya sebuah sopan santun, Julia tahu itu. "Kabar saya baik, Tuan Crimson. Silakan duduk."

Teh dari Timur, kue kering dari daratan Barat dan olahan daging dari selatan. Tersaji begitu cepat setelah keduanya duduk saling berhadapan.

"Anda suka hidangannya? Saya dengar ini daging terbaik-"

"Tentu saja, Yang Mulia. Ini bukan hal asing bagi saya."

Memotong pembicaraan bukanlah hal yang sopan, dan Rez pasti tahu itu. Tapi lelaki itu melakukannya. Terang-terangan lelaki itu menunjukkan ketidaksukaannya. 

"Tentu saja, Anda adalah bangsawan kelas atas yang terhormat." Julia meletakkan sendoknya. Selere makannya telah hilang. Wajah tidak ramah Rez membuatnya ingin cepat meninggalkan tempat itu.

"Apa Anda ingin menu pencuci mulut, Yang Mulia?" ucap Elle menawarkan.

Julia mengangkat tangan kanannya. "Tidak perlu, Elle. Saya sudah cukup kenyang dengan makanannya."

Mengikuti Julia, Rez juga meletakkan sendoknya. "Terima kasih atas perjamuannya."

"Aku tahu jika tidak seharusnya saya menjamu Anda seperti ini, Tuan Crimson. Hanya saja Anda adalah Duke yang akan menikah dengan Putri Ambeer dan ini pertemuan pertama kita secara resmi setelan saya dinobatkan."

"Saya merasa terhormat karena Anda menerima permintaan saya untuk bertemu. Anda tentu sudah membaca lampiran surat saya mengenai perdagangan di wilayah Timur. Tempat itu mempunyai potensi yang tinggi untuk jalur perdagangan baru, tapi karena tempat itu terlalu jauh sehingga banyak aliansi pedangang mengurungkan niat mereka untuk memulai berbisnis di tempat itu." Rez melirik teh yang baru saja Elle tuangkan. "Teh itu adalah teh terbaik dari timur. Hanya ada perkebunan kecil, teh di sana di jual secara terbatas dan hanya kalangan tertentu yang dapat menikmatinya. Saya berencana untuk membuka perkebunan baru dan mengajak penduduk lokal dalam bisnis ini. Jika kerajaan mendukung langkah saya, saya akan segera mengirimkan rencana bisnis saya."

"Baiklah." 

Rez terkejut dengan jawaban Julia. Dahinya terlihat berkerut.

"Apa jawaban saya tidak membuat Anda puas? Saya tahu jika Anda adalah pebisnis yang andal. Jadi lakukan saja. Istana akan membantu Anda."

"Terima kasih atas kemurahan hati Anda, Yang Mulia."

"Saya harap Anda tidak berpikir sesuatu yang tidak selayaknya Anda pikirkan. Anda tentu tahu mengapa Yang Mulia Raja menyerahkan tugas ini kepada saya." Julia mengulurkan tangan. Rez menyambutnya. "Saya menunggu kabar baik dari Anda, Tuan Duke."

"Semoga Anda selalu sehat, Yang Mulia Putri Rosettini-"

"Anda bisa memanggil saya Julia, jika Anda merasa tidak nyaman memanggil saya dengan gelar." 

Rez tidak merespon apapun. Lelaki itu bergeming. 

"Baiklah Tuan, jika sudah tidak ada lagi yang ingin Anda sampaikan, saya mohon undur diri." Julia berdiri lalu merapikan gaunnya.

Rez membungkuk sopan. "Terima kasih atas waktunya, Yang Mulia."

"Saya akan mengundang Anda kembali setelah satu minggu. Saya ingin tahu perkembangan dari rencana Anda."

***

Julia meninggalkan tempat itu dengan perasaan lega. Seperti baru saja keluar dari ruangan pengap berasap. []

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun