Julia mengangkat gaunnya yang berat lalu berdiri. "Aku akan baik-baik saja, kan, Elle?"gadis itu bersuara berat.
"Tentu saja, Yang Mulia." Elle mengikuti langkah canggung Julia.
Beranda timur tepat di sebelah bangunan yang kini di tinggali Julia. Tempat itu lebih tepat disebut taman mawar, karena hanya ada tanaman mawar berbagi jenis dan warna mengisi tempat itu. Indah tapi menakutkan. Julia ingat tempat itu. Disanalah biasanya Julia dalam cerita yang asli selalu mengundang Rez dengan segala alasan.Â
Aroma bunga mawar yang menyelinap seketika saja membuat dirinya takut. Sosok Rez yang ada dipikirannya menakutkan. Julia melihat lelaki itu. Berdiri menatap danau di kejauhan. Bahunya lebar. Dia terlihat lebih rapi daripada saat mereka berhadapan kala di mansion beberapa minggu lalu.
Jantungnya berdegup kencang. Julia meyakinkan dirinya tak akan terpesona dengan lelaki itu, setampan apapun dirinya. Percepatan denyut jantung itu hanya sebuah respon kalau dia ketakutan.
"Anda sudah menunggu lama, Tuan Crimson," ucap Julia canggung. Julia melepas gaun yang digenggamnya sepanjang jalan. Jika tanpa sarung tangan dia dapat merasakan tangannya yang berkeringat saat ini.Â
Rez menoleh. Dia lebih tampan, rambutnya tidak lagi berantakan. Jika diperhatikan, dia seperti orang yang baru saja memotong rambutnya sangat pendek. Dengan kakinya yang jenjang lelaki itu mendekati Julia. Dengan sedikit membungkuk lelaki itu meraih tangan Julia.
"Apa kabar Anda, Yang Mulia," ucapnya. Kalimat itu sukses membuat pipi Julia memerah. Ini ada di dalam novel dan itu yang membuat Julia dalam novel itu dalam bahaya. Jatuh cinta pada Rez, tunangan Ambeer.
Itu hanya sebuah sopan santun, Julia tahu itu. "Kabar saya baik, Tuan Crimson. Silakan duduk."
Teh dari Timur, kue kering dari daratan Barat dan olahan daging dari selatan. Tersaji begitu cepat setelah keduanya duduk saling berhadapan.
"Anda suka hidangannya? Saya dengar ini daging terbaik-"