Mohon tunggu...
Umiyamuh
Umiyamuh Mohon Tunggu... Novelis - Seorang Penulis

Bukan orang penting, hanya seseorang yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Winter Lily: Bertaruh (Bagian 21)

18 Juli 2023   21:20 Diperbarui: 18 Juli 2023   21:29 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sore itu udara dingin menyusup melewati celah-celah pohon plum yang mengelilingi lapangan 20x20 meter dengan batuan granit hitam sebagai lantainya. Nath berdiri di tengah lapangan dengan pedang di tangan. Gaunnya telah berganti---dia tidak lagi tampak sebagai Lady yang anggun. Melainkan dame yang gagah di medan perang. Artur memasuki lapangan. Di awali dengan menunduk memberi salam keduanya kemudian memulainya. Nath pertama mengayunkan pedangnya. Spalsh... Cahaya biru keluar jadi jejak pedang nya di udara. Itu adalah jejal elemen angin dan air yang bercampur. 

Sriing... Secepat kilat Artur menangkis. Kakinya selangkah ke belakang. Senyumnya tiba-tiba terkembang. "Bagus sekali Lady, Anda sangat hebat!" puji Artur.

" Bagaimana jika kita bertaruh?" Nath mengusap peluh di keningnya.

"Apa yang ingin Anda pertaruhkan?"

"Adalah apa yang ingin Anda ketahui."

"Anda membuat saya salah paham, Lady." Artur memasang kuda-kuda. Mana elemennya telah dia alirkan pada pedang dalam genggamannya. Begitu juga dengan Nath dengan tenang gadis itu berdiri sejajar dengan Artur.

Angin bercampur es mengalir ke tangan kanan yang menggenggam pedang dan gumpalan angin bercampur api di tangan kiri siap menahan atau menyerang Artur. 

Wussh.. laki-laki melompat sejauh 5 meter ke udara. Pedang itu di arahkan ke kanan dan kiri kemudian memutar---kilatnya menyambar granit-granit dan membuat nya berhamburan. Itu adalah campuran api dan angin yang berhasil menjadi kilat petir. 

Dengan mudah Nath menghindar. Lawannya kini bukan Jeremy dengan elemen es dan anginnya melainkan Artur yang dia sendiri tidak tahu sampai sejauh mana laki-laki itu menguasai angin. Nath melempar dua bola api dari tangan kirinya yang membelah jadi 10 bagian mengerubungi Artur. Laki-laki itu sigap melompat lebih tinggi mengindari ledakan 10 bola sekecil gumpalan apel yang menyala. Sriing... Nath menebas udara dan kilatan biru menyilaukan keluar. Itu es dan air tingkat 5 yang baru saja Nath kuasai. Jika terkena kilatnya saja tubuh berlindung zirah bisa terbelah.

Pertarungan semakin serius. Keduanya tidak akan ada yang mengalah. Tidak ada pukulan atau tendangan keduanya menggunakan serangan jarak jauh. Menit pertama granit di bawah mereka berhamburan dan menit selanjutnya granit itu lebur seperti pasir di tuang air bah. Menjauh dan menyisakan tanah merah di tengah arena. Tidak ada yang berani mendekat. Anna hanya mengamati dari jauh begitu juga Jeremy. 

Seorang pengawal dengan gagah masuk ke arena. Laki-laki itu mendekat. Kurang dari 50 meter dari lingkaran Nath dan Artur. Wuussh... Pengawal itu terhempas sejauh tiga meter. Tangannnya melambai. Memberi isyarat jika ada hal penting yang ingin di sampaikan. Pertarungan itu terhenti. Artur menarik mana elemennya dari pedang begitu juga Nath. 

"Mungkin dia bawa kabar yang akan membuatmu berpikir dua kali atas tawaran yang saya berikan" Artur berseru dengan percaya diri, "dan pertarungan ini---tidak perlu dilanjutkan." Laki-laki itu berlalu sambil membersihkan pakaiannya dari debu-debu granit yang menempel.

Kerinduan pada seorang kakak, mungkin memang seberat ini. Sudah lebih dari setengah tahun, Noah dan Luc pergi ke medan perang. Hanya kabar lewat surat yang selalu setia menyampaikan kalau mereka baik-baik saja. Tapi-apa itu benar? Mereka tengah di Medan perang. Bukan tengah berwisata.

Perang itu telah menghabiskan seperempat wilayah pesisir Carperia. Sebagian besar laki-laki di sana telah pergi ke medan perang dan tidak pernah kembali. Para wanita dan anak-anak yang lelah dengan peperangan sebagian memutuskan pergi meninggalkan teluk Carperia. Menyusup dan menyeberangi lautan atau menembus hutan untuk sampai di kota. Carperia dingin. Dan ini semakin dingin desa-desa di sana jadi desa mati di tinggal para penghuninya. 

Seorang utusan kerajaan menembus dinginnya hutan Carperia dan sungai-sungainya yang semakin membeku. Membawa sepucuk surat. Sebuah lamaran dari sang Pangeran Gradiana---Vederick. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun