Ibu meraih pisau di atas meja. Dengan tatapan bengis kakinya melangkah mendekati Yuri dan Joy. Tahu situasi nya Joy segera membawa Yuri ke dalam kamar. Wanita tua itu memang sudah gila. Dia psikopat yang Ayah simpan di dalam rumah mereka.
"Kau baik-baik saja, Kak?"
Yuri terdiam. Menarik napas kemudian mengembuskannya kasar. "Lama-lama aku bisa semakin gila karena keluarga ini," ucap Yuri. Matanya tajam menatap Joy. "Apa kau mabuk lagi, Joy?"
Joy beringsut. Menjauh dari Yuri, namun tidak dapat mengelak. Ada aroma alkohol bukan hanya di pakaiannya tapi napasnya juga. Bagaimana Yuri tidak tahu, bukankah beberapa menit lalu dia didekap kuat oleh Joy.
Joy sudah jadi pemabuk sejak SMP. Parah sekali. Saat Yuri mati-matian bekerja untuk hidup mereka, Joy justru bersenang-senang dan mabuk setiap malam bersama teman-temannya.
"Bukankah kau sudah berjanji, Joy? Apa kau suka sekali dengan hidup kita yang seperti ini selama bertahun-tahun?"
"Aku tidak bisa kalau tiba-tiba tidak minum. Kakak kan tahu sendiri seperti apa kawanku?"
"Kalau begitu jangan berteman dengan mereka!"
"Kakak pikir semudah itu untuk tidak mabuk? Kakak kan juga tahu aku anak baru di kantor. Dan sekarang mereka tahu kalau aku kuat minum---"
"Kau bohong!" ucap Yuri memotong kalimat Joy. "Kau pikir bisa bohongi Kakakmu? Hari ini aku bertemu Hanna dan dia bilang hari ini dia pulang cepat karena akan ada acara peresmian kantor besok pagi. Kau dan Hanna sama-sama karyawan baru dan di tempatkan pada divisi yang sama bukan?"
"Sudahlah, Kakak tidak perlu ikut campur dengan kehidupan ku." Â