“Saya tidak suka basa basi,” ucap Noah setibanya mereka di ruang itu.
“Saya menyukai Anda,” ucap Claire seakan kalimat itu tidak punya arti.
Noah terdiam. Kalimat yang baru saja keluar dari bibir tipis sang Putri tidak dapat diterima oleh akalnya. Mata merahnya tajam memandangi gadis di hadapannya tanpa ekspresi. Mengerjap-ngerjap tak percaya jika yang berkata adalah sang Putri yang tengah berdiri di hadapannya. Bagaimana bisa seorang yang akan mewarisi takhta kerajaan mengungkapkan perasaan sukanya dengan blak blakan seperti itu, pikir Noah.
“Saya menghargai perasaan Anda—”
“Anda tidak perlu menjawabnya,” potong Claire. Wajahnya memerah. “Saya hanya tidak mau menyesal jika saya tidak mengungkapkannya sekarang!” Seperti ada aliran darah yang mendidih mengaliri pipinya. Menghangat dan berputar-putar. Membuat wajah putih seketika memerah. Jika siang hari, Noah dapat melihatnya jelas.
“Terima kasih, Yang Mulia. Saya merasa terhormat. Tapi saya juga merasa terbebani dengan perasaan Anda itu.”
“Emm …, Maafkan saya. Jika perasaan saya ini membuat Anda terbebani. Anda boleh menganggap ini tidak pernah terjadi. Tidak pernah Anda dengar terucap dari saya.”
Tok tok tok
Seseorang menghentikan percakapan mereka berdua. Claire menoleh. “Siapa?” []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H