Mohon tunggu...
umi solikha
umi solikha Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Membumikan Demokrasi Pancasila

12 April 2015   15:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:13 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Membumikan Demokrasi Pancasila

Telah lama Indonesia menganut sistem demokrasi pancasila. Dimana di setiap pelaksanaan kehidupan selalu berpedoman dan berasaskan pada pancasila. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum, wajar saja jika demokrasi yang digunakan di Indonesia adalah demokrasi pancasila. Namun kini semangat tentang demokrasi Pancasila mulai meluntur. Apalgi generasi muda yang seharusnya menjadi pewaris tunggal demokrasi tersebut justru dengan bangga memamerkan kecintaan akan negeri lain. Nasionalisme akan negeri ini semakin surut tergerus oleh laju globalisasi yang semakin sulit dicegah. Akibatnya negeri ini cenderung menerapkan demokrasi liberal. Lalu langkah apa yang harus di ambil oleh penyelenggara negara sebagai pihak yang seharusnya menggaungkan cinta akan negeri sendiri. Program “ cintailah produk dalam negeri” yang di kumandangkan Susilo Bambang Yudhoyono (mantan presiden RI) nyatanya kini tak terdengar lagi di era kepemimpinan presiden yang baru. Pemerintah sibuk menggarap permasalahan klasik yang sekian lama ada di Indonesia kini justru semakin komplek. Kemiskinan, korupsi, narkoba, kekerasan yang semakin meluas, serta adanya gerakan ISIS yang mulai merambah Indonesia. Kemanakah perginya orang yang bertanggungjawab atas kerusakan di negeri ini? Meskipun tidak dapat dipungkiri semua permasalahan muncul akibat penyelenggara negara yang justru tidak bertanggung jawab atas mandat yang telah diberikat rakyat kepadanya.


Ketika menteri Susi berhasil menenggelamkan kapal-kapal milik asing yang seenaknya berlayar di indonesia, dan juga jokowi yang menyerukan hukuman mati bagi pengedar narkoba, nyatanya masih banyak saja oknum pejabat pemerintah yang ingin meraup keuntungan dari jabatan dan kekuasaan yang dimiliki. Sementara lembaga perwakilan sibuk dengan perseteruan masalah sepele yang seharusnya tidak cocok para wakil rakyat berkelakuan seperti itu. Krisis di indonesia semakin memuncak ketika kebijakan pemerintah menaikkan berbagai sektor yang merupakan penopang kehidupan rakyat. BBM saja dalam beberapa bulan terakhir naik dua kali, sementara harga gas LPG dan tarif kereta api juga ikut merangkak naik. Anehnya jokowi justru menandatangani tambahan dana uang muka mobil dinas anggota DPR. Musibah apa yang telah menimpa negeri ini. Bapak presiden yang seharusnya teliti tentang penyelenggaraan kehidupan negara justru melakukan kecerobohan dengan tidak memeriksa file apa yang harus ditandatanganinya. Rakyat kini semakin menderita sementara kekuasaan semakin menggurita. Tidak adakah cara lain megatasi derita negeri ini dengan menaikkan harga. Tidak adakah solusi lain akan permasalahan negeri ini?.


Masih adakah nilai-nilai pancasila dalam kehidupan bangsa ini? Tentunya masih ada nilai-nilai pancasila yang masih dipegang teguh oleh masyarakat. Karena masyarakat sangat berharap Indonesia kembali bangkit. Kembali merajut senyuman untuk rakyat. tentunya semua pihak harus saling mengawasi akan jalannya kehidupan di negeri ini. Jangan sampai skenario yang tidak diharapkan akan menjadi akhir dari kehidupan demokrasi di Indonesia. Perlu banyak koreksi dari berbagai pihak untuk memulai kehidupan indonesia dengan lembaran baru. Masih belum terlambat selama kita mau mencoba. Pleh karena itu untuk generasi muda marilah kita budayakan kembali semangat dan nilai-nilai yang terkandung dalam pansila. Jangan sampai kejadian yang akhir - akhir ini menimpa negeri ini terulang lagi di kemudian hari. Jadilah generasi yang bangga akan apa yang kita miliki. Ketika kita tidak kritis dengan apa yang terjadi maka Indonesia akan berada di ujung jalan. Karena pemilik hak waris akan negeri sendiri lebih memilih memuja-muja keanggunan bangsa lain ketimbang bangsa sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun