Desember ini sewindu sudah, Ia di sana. Bagiku tidaklah mudah meniti hari tanpa hadirnya.
Betapa segenap rasa ini senantiasa mengikuti ke mana arah ku melangkah Rindu membelenggu kalbu kala melintas seraut wajah.
Semesta pun seakan bersekutu, bersama malam, bintang dan bulan menggoda, hadirkan mimpi sesaat jelang fajar merekah.
Sesaat khilaf, pernah ku menggugat Tuhan Mengapa orang baik cepat dipanggil pulang Sementara si jahat diberi umur panjang.
Aku serupa tuna netra, meraba-raba arah, tak tahu hendak ke mana. Seperti kehilangan payung ketika tanpa mendung hujan turun tiba-tiba.
Ingin ku berlindung, bersandar di bahunya seperti dulu. Atau membenamkan kepala dalam dekapan hangatnya. Dengan lembut Ia akan membelai hitam rambut ku.
Meskipun aku salah, Ia akan dengan bijak berpetuah tanpa amarah. Jernih berpikir menelaah di setiap masalah. Di akhir kata Ia berucap,"belajar lah dari kesalahan, lalu bebenah!"
Akhir desember ini sewindu sudah,aku berdamai dengan waktu, pun masa lalu. Harus ku sadari, hidup kan terus berlanjut apapun itu.
Karena ku meyakini , kepergiannya adalah bagian takdirnya dan takdirku.
Serumpun melati sedang berbunga di halaman. Membangkitkan indah kenangan.