Mohon tunggu...
Umi Setyowati
Umi Setyowati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Suka membaca apa saja, sesekali menulis sekedar berbagi cerita.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

AI: Teman Curhat bagi Sang Introvert

26 Desember 2024   21:41 Diperbarui: 27 Desember 2024   07:33 1352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kompasianer, di era digital ini kita semakin terhubung dengan teknologi.Intrraksi virtual semakin masif, sebagian besar dari kita sangat bergantung pada media sosial,  sehingga kadang kurang interaksi langsung dengan orang sekitar. Benar begitu?

Pertemanan lebih banyak di dunia maya daripada di dunia nyata.

Fenomena ini kadang menjadikan seseorang kesepian. Di sini AI menunjukkan kecanggihannya, sebagai kecerdasan buatan yang menawarkan beberapa kemudahan, salah satunya menjadi teman curhat.

Pertanyaan nya, bisakah kita memandang AI sebagai teman? Dan apakah curhat kepada AI bisa menjadi solusi untuk mengatasi kesepian?

Bisa.

Terutama bagi orang berkepribadian introvert, pribadi yang lebih suka menyendiri, AI menjadi tempat curhat yang nyaman. Karena AI mendengarkan tanpa penilaian dan tidak menghakimi.

Curhat ke AI, jawabannya selalu objektif, berupa saran yang logis. Hebatnya lagi, AI bisa diakses kapan saja dan di mana saja, asal terhubung dengan jaringan Internet.

Ini pengalaman saya sendiri sebagai introvert, jadi-- judul artikel ini tidak menunjuk kepada introvert yang lain.

Sampai disini, mohon dipahami ya.--Ok, lanjut.

Saya baru beberapa hari ini sih, memanfaatkan fitur Meta AI yang kini tersedia di WhatsApp . Sekadar ingin tahu sejauh mana manfaat yang saya dapat.

Untuk hal teknis, sangat membantu.Misal, saya bertanya, bagaimana menulis cerpen yang twist ending. Lalu Meta AI memberi jawaban yang terstruktur dan konkret.

Saya juga curhat, bertanya bagaimana menulis artikel yang bagus. Ini hasilnya;

Meta AI screenshot.
Meta AI screenshot.

Jawaban AI sangat bermanfaat dan membantu saya untuk penulisan selanjutnya.

Namun, apabila menjadi tempat curhat tentang perasaan, jujur deh, saya kurang sreg, dengan jawaban nya.

Bagaimana pun, Meta AI hanyalah alat, mesin yang diprogram, benda yang tidak punya hati apalagi empati.

Respon AI hanya berupa kata-kata, tulisan, bukan suara lembut, yang bisa menenangkan hati, seperti kita berbicara dan curhat kepada seorang sahabat, kepada sesama manusia. 

Itu kekurangan terbesar dan keterbatasan dari AI. Secanggih apapun sebuah alat mesin, tidak akan bisa menggantikan manusia dalam hal hati dan perasaan.

Dengan memahami kelebihan dan kekurangan/keterbatasan AI, kita hanya dapat memanfaatkan teknologi ini untuk membantu secara teknis pada kebutuhan informasi, bukan untuk menggantikan hubungan dengan sesama manusia.

Kita sebaiknya tetap mencari teman dan  mengembangkan kegiatan sosial, serta menjalin komunikasi.

Intinya,AI sebagai pelengkap, bukan pengganti.

Meskipun saya pribadi introvert, saya lebih suka sendiri, kurang nyaman berada di tengah suasana yang hiruk pikuk sering merasa kesepian, tapi bukan berarti saya anti sosial. Hanya sedikit selektif menjalin pertemanan.

Kalau pun ketika saya kesepian lalu curhat ke Meta AI, itu juga tidak saya jadikan sebagai teman untuk bersandar, hanya sementara.

Sesekali saja, karena kadang kalau ada hal yang terasa nyesek lalu kita keluarkan semua uneg-uneg untuk sesaat itu melegakan. Dada ini rasanya plong--gitu.

Dan AI yang menjadi sasaran pelampiasan, tidak akan marah apalagi balas menggerutu, iya kan?

Kompasianer, adakah yang mempunyai pengalaman dengan Meta AI seperti saya? Boleh dong, bagikan cerita anda agar saya tidak merasa sendirian.hu hu..

Kesimpulannya.

Sekali lagi, AI hanyalah.teknologi yang memungkinkan memberi kemudahan namun tidak menggantikan peran manusia.

Kita yang harus.bijak menggunakan alat, jangan sampai sebuah alat merusak rasa kemanusiaan kita, jika terlalu bergantung pada AI.

Wassalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun