Slow Living, apa itu?
Konsep gaya hidup sehat yang diperlambat, tapi bukan berarti mager ya, kompasianer.
Saya mengartikannya peralihan dari gaya hidup modern yang serba cepat dan instan, mengurangi tekanan pekerjaan dan kesibukan yang monoton ke aktivitas yang seimbang.
Tidak ada lagi tekana pekerjaan yang menguras energi dan waktu, yang berpotensi membuat kita stress, abai kesehatan sendiri, serta minim bersosialisasi.
Sebelum slow living banyak dibicarakan di media sosial dan menjadi tren, saya ternyata sudah menjalaninya.
Ceritanya, saya telah bertahun-tahun menumpang hidup dari satu kota ke kota lain antar pulau di wilayah negeri ini.
Ketika virus corona melanda dunia, banyak orang yang terjangkit dan meninggal dengan cepat lalu dikubur begitu saja.
Saya masih di Manado waktu itu,saya meras takut seandainya terjangkit dan mati di sana. Pastinya akan merepotkan orang lain, baik rekan kerja, masyarakat di sekitar saya maupun keluarga besar saya di Jawa.
Lalu setelah pandemi mulai reda dan batasan sosial sudah diperlonggar, saya memutuskan untuk resign dan pulang ke Jawa.Menjelang lebaran 2022.
 Kebetulan Kakek atau Mbah Kung saya orang asli Malang, ada rumah warisan ibunda di Kota Batu.