Mohon tunggu...
Umi Setyowati
Umi Setyowati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Suka membaca apa saja, sesekali menulis sekedar berbagi cerita.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Zoning Out Saat Baca Buku? Ngopi Dulu

1 November 2024   16:12 Diperbarui: 1 November 2024   16:30 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kompasianer, kala kita membeli buku baru, pastinya ingin segera membaca dan menuntaskannya dalam sekali duduk.Bener?

Namun, seringkali terjadi, membaca baru beberapa halaman atau baru satu bab, tiba-tiba ambyar. Pikiran berjalan keluar dari buku, lalu merasa ngantuk, tapi tangan tetap membuka lembar demi lembar halaman buku.

Akibatnya?

Apa yang sudah kita baca tidak membekas dalam memori, ini yang disebut 'zoning out'?

Anda tidak sendiri, saya dulu juga mengalami, tapi sekarang tidak lagi.

Karena saya punya kiat untuk menghindari zoning out.Metode saya mungkin kurang ilmiah dan tidak terdapat di buku panduan.

Bukankah setiap orang berbeda cara dalam mengatasi masalahnya?

Saya menerapkan beberapa hal ini untuk menghindari zoning out.

1. Minum kopi.

Karena kafein dalam kopi itu meningkatkan energi dan meningkatkan mood.

Kafein yang terkandung dalam kopi merupakan stimulan yang dapat memompa energi secara instan. Meningkatkan detak jantung, lalu darah lebih banyak terpompa ke seluruh tubuh, sehingga mood kita meningkat untuk menuntaskan aktivitas, termasuk membaca.

2. Menyediakan waktu khusus dan tempat yang nyaman dari gangguan.

Waktu luang, misalnya hari libur kerja, pada waktu di mana pikiran sedang rileks.

Kalau saya sudah berniat membaca buku maka  harus sampai habis, dan ponsel saya atur mode senyap. Masa bodo notif berderet-deret, saya abaikan sejenak.

Duduk manis di kasur menyandar ke dipan, di sebelah kanan saya ada meja kecil sudah siap secangkir kopi gula aren dan satu bungkus camilan.

3. Siap buku blok note dan pena.

Saya membaca juga sambil mencatat, meskipun saya membaca novel. Supaya ketika selesai membaca, ada ilmu tambahan yang saya peroleh dari membaca buku tersebut. Ada hal baru yang saya temukan.dll.

Dengan begitu fokus saya terjaga, pikiran tidak melantur keluar ke mana-mana sampai halaman terakhir.

Lalu apakah ada cara tertentu dalam memahami isi buku tanpa harus kita membaca semua isinya?

Ini pertanyaan admin yang menurut saya rada aneh.

Bukankah kita membaca buku itu harus memahami isi buku?

Pastinya ya kita harus membaca semua halaman sampai habis. Apalagi kalau yang kita baca adalah bacaan wajib dalam belajar, wajib bagi mahasiswa atau wajib bagi karyawan yang tugas belajar.

Kecuali membaca novel.Bisa!

Saya terapkan pada buku yang halamannya beratus-ratus. Salah satunya pada novel Dee Lestari 'AROMA KARSA' 

Buku ini terdiri dari 60 bab dan keseluruhannya 700 halaman.

Saat itu, pulang dari Gramedia sudah sore, tidak mungkin saya bisa melahap buku dalam sekali duduk.

Jadi, saya baca dulu dua bab awal, lalu dua bab tengah dan kemudian bab terakhir.

Tanpa membaca semua isinya saya sudah tahu endingnya.

Nah, saya membaca kembali setelah ada waktu yang pas, malam minggu misalnya.

Menurut pendapat saya, membaca buku, apapun itu, agar fokus tidak ambyar, zoning out tidak terjadi, maka sesuaikan menurut kondisi dan kebiasaan masing-masing. Waktu dan tempat yang bagaimana yang membuat kita nyaman membaca hingga selesai.

Ada kalanya kita harus serius dan fokus. Kadang kita membaca untuk kesenangan saja. Saya membaca novel untuk senang-senang saja. Sekedar mencari pelarian dari jenuhnya rutinitas harian.

Membaca media berita? Supaya tahu perkembangan dunia. Di belahan dunia sana ada apa.Di belahan wilayah Indonesia yang lain ada apa.

Membaca artikel para kompasianer? Saya perlu belajar menulis lebih baik dan menjalin pertemanan lebih akrab walaupun belum bertemu.

Dan yang pasti, supaya otak tetap aktif bekerja. Kalau diam saja gak ngapa-ngapain, gak membaca, gak bersosialisasi kok sepertinya ada yang kurang dalam hidup ini ya..

Bagaimana dengan anda, kompasianer?

Wassalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun