Mohon tunggu...
Umi Saroh Astriningtyas
Umi Saroh Astriningtyas Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa biasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kayu Lapis (Plywood): Komposit Olahan Kayu yang Affordable untuk Rumah

23 Mei 2023   16:36 Diperbarui: 23 Mei 2023   17:14 1568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.kompasiana.com/umisaroh7716/646c890a08a8b57337781512/kayu-lapis-plywood-komposit-olahan-kayu-yang-affordable-untuk-rumah

Menurut Suryandari (2008), industri pengolahan kayu di Indonesia merupakan standar peningkatan perekonomian nasional dan merupakan faktor kunci dalam upaya meningkatkan penghasilan negara dari bidang kehutanan. Keinginan pemerintah untuk meningkatkan kontribusi sektor kehutanan dalam perekonomian Indonesia mendorong diterapkannya kebijakan pengembangan industrialisasi kehutanan dengan adanya kebijakan UU No. 5 tahun 1967 yang menjadikan industri pengolahan kayu sebagai penopang perekonomian. Industri kayu lapis (plywood) berkembang pesat dan menjadi salah satu komoditi ekspor unggulan dalam sektor kehutanan.

Menurut Bao et al., (1996) dalam Sharp dan Suddarth (1991), plywood atau dalam Bahasa Indonesia lebih dikenal dengan sebutan triplek atau papan triplek merupakan salah satu produk kayu rekayasa pertama. Plywood atau kayu lapis terdiri dari pelat kayu yang ketika direkatkan akan menciptakan unit komposit yang lebih besar, lebih kuat dan lebih kerasa dari bagian-bagian individualnya. Kayu lapis merupakan produk komposit yang terbuat dari lembaran-lembaran vinir yang direkat bersama dengan susunan bersilangan tegak lurus. Kayu lapis adalah produk komposit yang terbuat dari lembaran-lembaran papan vinir (veneer) yang ditempelkan bersama dengan susunan bersilangan tegak lurus. Papan vinir yang ditempelkan biasanya berjumlah ganjil (3, 5, 7 lembar) sehingga sering disebut dengan istilah triplex atau multiplex. Kayu lapis termasuk kedalam salah satu golongan panel struktural, dimana arah penggunaan kayu lapis ini adalah untuk panel-panel struktural.

Kayu lapis ini diciptakan karena kebutuhan terhadap material kayu yang semakin meningkat, dan juga karena triplek ini dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan akan pengganti kayu solid. Secara umum, ukuran triplek untuk panjangnya yaitu 2440 mm, dengan lebar 1220 mm, dengan ketebalan yang bervariasi.    

Menurut Heisel dan Krondorfer (1995), kayu lapis berasal dari vinir laminasi sekitar 3.500 tahun yang lalu di Mesir pada zaman Firaun. Orang Yunani dan Romawi awal vinir dan kayu lapis juga digunakan terutama sebagai furnitur. Dari kayu lapis modern pertengahan 1800-an digunakan dalam piano, furnitur dan peti teh. Kayu lapis muncul sebagai bahan konstruksi serbaguna di tahun 1930-an ketika resin tahan air digunakan sebagai lem yang memberikan umur panjang kayu lapis dan integritas. Kontrol permukaan vinir dalam produksi kayu lapis sangat penting untuk menjaga kualitas kayu lapis.

Di Indonesia sendiri, perkembangan industri kayu lapis terjadi sekitar tahun 1980-an setelah pemerintah memberlakukan larangan ekspor kayu bulat oleh pemerintah. Pada tahun tersebut kondisi hutan di Indonesia masih sangat mendukung perkembangan industri kayu lapis, ketersediaan log-log berdiameter besar dan silindris yang berasal dari hutan alam sebagai syarat utama bahan baku dalam pembuatan kayu lapis masih cukup melimpah. Dikarenakan ketersediaan bahan baku berkualitas dari hutan alam semakin menurun, telah membuat para ahli dan pelaku industri kayu lapis mulai berpikir mengenai efisiensi dan regulasi terhadap bahan baku (log) untuk membuat kayu lapis.

Pengembangan Plywood

Kayu lapis merupakan bahan struktural yang diproduksi dengan merekatkan lembaran kayu tipis, yang disebut veneer atau lapisan, dengan butiran lapisan biasanya disusun pada sudut lebar atau tegak lurus untuk kekuatan. Kayu lapis adalah produk panel, seperti particleboard dan fiberboard, artinya diproduksi dalam lembaran datar dari bahan dasar kayu dan perekat.

Menurut Petterson (1976), kayu lapis umumnya dibuat dengan perekat urea formaldehida (UF) karena penggunaannya digunakan di dalam ruangan dan perekat urea formaldehida ini relatif murah. Menurut Rayner (1967) dalam Joyoadikusumo (1984) perekat UF termasuk dalam kelompok perekat termoseting. Dalam pemakaiannya sering ditambahkan hardener, filler, extender dan air. Perekat UF memiliki ketahanan yang sangat baik terhadap air dingin, agak tahan terhadap air panas, tetapi tidak tahan terhadap perebusan.

Saat ini sudah dikembangkan perekat low 2 emission urea formaldehyde tetapi harga yang ditawarkan relatif lebih tinggi dari perekat urea formaldehida. Pengembangan perekat dari bahan alam terbarukan diharapkan semakin memberikan dampak positif yang berarti dalam aplikasi di industri karena penggunaan perekat sintetis baik itu high temperature setting dan low temperature setting dapat menyebabkan emisi formaldehida yang cukup tinggi.

Menurut Mustamin (2017), salah satu contoh alternatif penggunaan perekat adalah dengan memanfaatkan kulit kayu akasia (Acacia mangium), bakau (Brugueira gymnorrhiza), dan mahoni (Swietenia mahagoni) sebagai agen pengikat kayu lapis dengan teknik oksidasi. Menurut Junaedi (2018), hasil penelitian menunjukkan bahwa kayu lapis yang menggunakan agen perekat kulit kayu akasia dengan kadar oksidator H2O2 15% dan FeSO4 5% lebih baik dibandingkan dengan kayu lapis yang dibuat dari perekat kulit kayu bakau dan mahoni. Kayu lapis dari perekat akasia memiliki kekuatan tarik telah memenuhi Badan Standar Nasional (2000) tentang kayu lapis. Memanfaatkan kulit kayu akasia dan bakau sebagai perekat dalam pembuatan kayu lapis dengan berbagai berat tabur. Hasilnya penelitian menunjukkan bahwa kayu lapis yang menggunakan perekat kulit kayu akasia dengan berat tabur 200 g/m2 lebih unggul dibandingkan dengan kayu lapis yang menggunakan kulit kayu bakau walaupun beberapa pengujian tidak memenuhi Badan Standar Nasional (2000) tentang kayu lapis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun