Seorang perempuan muda nan cantik bernama Santi curhat di sebuah grup 'Curhat Dong Mah'. Hidup Santi berubah bagai siang dan malam semenjak tinggal di rumah mertua. Ia yang biasa hidup dimanja dan dilayani orang tua sekarang merasa dijadikan babu karena harus melayani suami dan ibu mertuanya.
Sehari tiga kali ia harus masuk ke kamar ibu suaminya untuk mengantarkan makanan dan bahkan harus menyuapinya. Padahal sang ibu baru berumur 50 tahun dan masih terlihat seperti 49 tahun.
"Pengen banget gue lemparin nih makanan ke mukanya, atau gue campurin sianida aja kali, sekalian!" gerutunya, tentunya dalam hati. Mana berani dia bilang langsung wong dia bucin sama si Budi suaminya.
Tiap kali ngadu ke Budi, selalu disambut dengan tausiah. Katanya dia harus menyayangi dan melayani mertua seperti ibunya sendiri. Lah, kalau seperti itu kan harusnya mertua yang melayani Santi, persis seperti mamanya lakukan selama ini. Sungguh pemikiran anak durhaka.
Pagi tadi, Santi masuk ke kamar mertuanya dengan membawa baki berisi croissant dan secangkir cairan kuning keemasan yang menguarkan aroma harum. Tidak seperti biasanya wajah Santi terlihat cerah seperti awal musim kemarau yang hangat.
Sudah tiga hari ini mertuanya tidak keluar dari kamar karena batuknya kambuh. Budi pun terpaksa tiap malam menemani ibunyadan meninggalkan istri yang baru dinikahi sebulan sendirian.
"Kamu bawa minuman apa, Yang?" sambut Budi sambil mengangkat cangkir dari nampan.
"Ada deh. Pokoknya setelah minum ramuanku ini, dijamin Mamah bakalan nggak batuk lagi," sahut Santi sambil mengedipkan matanya dengan manja.
Walaupun sedikit curiga, Budi tetap menyuapkan minuman itu ke mulut sang ibu dengan telaten. Santi terlihat duduk di ujung ranjang sambil memijat kaki mertuanya.
"Tumben kamu baik banget, Yang?"