Mohon tunggu...
Umi Sakdiyah Sodwijo
Umi Sakdiyah Sodwijo Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pengelana kata yang riang gembira

Pengelana kata yang riang gembira

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen Horor: Imlek di Pulau Kamaro

19 Februari 2022   15:02 Diperbarui: 19 Februari 2022   15:05 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Jadi, karena itu kamu pergi ke pulau Kemaro ini sendirian?"

"Yah. Sebenarnya berdua karena Melvin berjanji akan menyusulku. Dia menyuruhku menunggu di depan Klenteng ini sehari setelah aku sampai di sini. Tapi, sampai hari ini dia tak pernah muncul. Dasar pengecut!" Bibir mungilnya mendesah penuh kekecewaan. Matanya yang sipit dan bening tiba-tiba mengabut dan butiran kecil tergelincir di pipi porselennya. 

"Kalian akan kawin lari di pulau ini?"

"Tidak seberani itu, atau Popo akan mencoretku dari kartu keluarga."

"Lantas?"

"Menurut yang Melvin baca di google, di sini ada pohon cinta. Barang siapa menuliskan nama mereka berdua di pohon itu, maka cintanya akan abadi. Berakhir bahagia di pelaminan. Hanya itulah harapan kami satu-satunya agar para Dewa merestui perkawinan kami. Tapi, nyatanya Melvin menyerah pada takdir. Dia membiarkanku sendiri menunggu Imlek berlalu di pulau Kemaro yang asing ini." Michelle berbisik sedih. Suaranya parau terbawa angin kemarau, kering, mengiris-iris perasaan siapa saja yang mendengarnya.

Aku berdiri di samping gadis malang itu, mengusap pundaknya untuk berbagi kekuatan. Aku tahu persis apa yang ia rasakan. Bertahun lalu, kisah cintaku kandas di pulau ini. Fatimah, gadis yang aku cintai tak pernah bisa kutemui lagi. Aku hanya bisa berharap para Dewa berbaik hati menyatukan kami di kehidupan yang akan datang.

Kami lantas berpisah dan berjanji untuk bertemu kembali di malam Imlek di sini. Aku akan mengajaknya berkeliling pulau dan melihat pohon cinta yang legendaris itu. Sebagai penduduk asli pulau ini, aku hafal seluruh sudut pulau, bahkan cara terbaik menulis nama di pohon cinta yang kini diberi pagar keliling tanpa diketahui siapapun, termasuk petugas keamanan.

*** 

Malam Imlek di pulau Kemaro telah tiba. Seluruh jengkal tanah di tengah sungai Musi ini bermandikan cahaya. Lampion tergantung di setiap sudut jalan, pohon, dan bangunan yang ada. Bulan tersenyum tipis di langit dan menyampaikan salam pada angin malam yang berhembus dingin dari permukaan sungai yang bergoyang landai seperti permukaan permadani perak.

Aku menggandeng tangan Michelle yang berdiri sedih di depan sekelompok pohon cinta yang berdiri congkak di tengah pulau. Sebuah pagar terlihat berdiri mengelilingi seperti kain sarung kedodoran yang dikenakan anak yang baru disunat. Malam ini terasa sangat ganjil, senyap tanpa wisatawan yang biasanya mengerumuni pohon legendaris ini. Hanya ada aku dan Michelle.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun