"Maaf, Mbak! Saya kira kosong," ujarku tergagap sambil menutup pintu bertuliskan TARIK itu kembali. Sekilas kulihat wajah pucatnya tersenyum pias. Lebih tepatnya menyeringai!
Karena lama, aku pun memutuskan untuk ke anjungan tunai mandiri di sebelahnya. Walaupun terkena administrasi karena berbeda bank, tentu lebih baik daripada terlalu lama menunggu dalam ketidakpastian.
Setelah memastikan bilik di depanku kosong, aku pun bergegas masuk. Ruangan kecil ini terasa begitu dingin. Bau wangi yang aneh menguar, menelusup organ penciumanku. Aneh banget nih hotel, mosok pewangi ATM baunya kayak kembang kamboja? Batinku bergidik ngeri.
Tiba-tiba terdengar bunyi seperti guyuran air di bilik sebelah, tempat gadis bergaun merah tadi. Aneh, ini kan ATM, kok bunyinya kayak kamar mandi? Bisikku pelan, sambil berusaha memasukkan kartu tipis di tanganku ke dinding.
Dinding? Aku terkesiap. Tiba-tiba aku sadar kalau ini bukan bilik tempat orang mengambil uang, tapi tempat membuang hajat. Aku bergidik. Suara cekikikan terdengar dari ruangan sebelah, bersamaan dengan bergulung-gulung tisu toilet yang berhamburan dari atas dinding pembatas kamar mandi.
Tubuhku limbung. Tanganku berhasil membuka pintu kamar mandi saat bayangan merah berkelebat di belakangku.
Sontak aku berlari lintang pukang ke arah tempatku datang. Hotel terasa begitu angker, sepi dan menakutkan. Tak ada satu orang pun petugas yang berjaga di pos keamanan dengan lampu yang berkedip-kedip. Aku lupa kalau hotel M ini sudah tidak beroperasi sejak pandemi melanda Jakarta.
 (Tamat)
 Jakarta menjelang tengah malam, 21/10/2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H