Mohon tunggu...
Umi Sakdiyah Sodwijo
Umi Sakdiyah Sodwijo Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pengelana kata yang riang gembira

Pengelana kata yang riang gembira

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Nasib Seorang Ghost Writer

15 Desember 2019   15:57 Diperbarui: 15 Desember 2019   15:57 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Skripsi, tesis, jurnal ilmiah, makalah, statistik, beberapa kata yang sanggup membuat perut mual, napas sesak dan darah naik ke ubun-ubun. Bukan karena sedang kuliah, tapi itulah pekerjaan saya sehari-hari untuk menafkahi keluarga. Pekerjaan yang bisa membuat istri saya yang manis tak pernah cemberut.

Kalau ditanya apa pekerjaan saya, saya suka bingung, kalau saya bilang penulis, belum ada satupun buku yang diterbitkan. Kalau bukan penulis, pekerjaan saya sehari-hari adalah menulis, bukan untuk diri saya pribadi, tapi atas pesanan orang lain. Oleh karena itu di akun fesbuk saya tercantum ghost writer (penulis bayangan) sebagai pekerjaan saya.

Saya bukan seorang pemalas yang tidak mau mencari kerja. Sebagai seorang sarjana manajemen pemasaran, berkali-kali saya mendapatkan pekerjaan sebagai seorang markerting eksekutif, cocok sekali dengan ijazah saya. Pertama kali saya diterima bekerja di sebuah perusahaan Jepang dengan gaji yang sangat lumayan. Akan tetapi hati kecil saya memberontak karena saya harus merekrut sebanyak mungkin rakyat Indonesia untuk menvestasikan uangnya, dengan pembagian keuntungan yang tidak jelas.

Pekerjaan kedua, sebagai marketing eksekutif di perusahaan bursa berjangka dengan iming-iming penghasilan yang sangat menggiurkan. Saya harus mencari investor dengan investasi minimal 200 juta. Beruntung tak satupun investor saya dapatkan. Di kemudian hari baru diketahui perusahaan tersebut membawa kabur seluruh uang nasabah.

Akhirnya saya menekuni kembali pekerjaan sebagai penulis bayangan. Sambil terus menulis untuk mewujudkan cita-cita sebagai penulis terkenal yang novel-novelnya best seller.

Bayaran pertama sebagai penulis bayangan sungguh menggelikan, sepiring nasi tumpeng beserta lauk pauknya. Waktu itu saya masih kuliah dan Pak RT meminta tolong untuk menulis naskah pidato dalam rangka peringatan HUT RI. Semenjak itu nama saya menjadi terkenal. Banyak anak remaja meminta untuk dibuatkan surat cinta, pengangguran meminta dibuatkan resume dan lamaran pekerjaan. Ibu-ibu minta dibuatkan tugas sekolah untuk anaknya. Bendahara RT dan pengurus masjid juga sering meminta untuk dibuatkan proposal sumbangan. Hasilnya cukup lumayan untuk ongkos kuliah.

Suatu saat nanti, pasti akan saya ceritakan suka duka saya menjadi ghost writer. Sekarang, biarkan saya menimba kenangan dari hujan yang terrcurah dari langit dan membunuh rindu dengan secangkir kopi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun