"Kiye umahe like Raisa. Mau Raisa nembe bae teka arep liburan nang kene. Nek pan ketemu karo Raisa, rewaangi ngecet pager ndhisit, karo mbedhuli suket!"
Semprul! tibane dilomboni Parjo. Hmmm... demi Raisa rapapa lah dadi tukang cat karo tukang mbeduli suket sing penting bisa nyawang rupane sing ayu ora ketang sekang kadohan.
Â
Versi Bahasa:
Raisa Ketemu
Tubuhku gemetar. Diam seribu bahasa. Keningku yang selebar lapangan sepak bola menitik keringat sebesar biji jagung. Sempoyongan, bibirku berucap.
"Mosok sih? Yang bener?"
"Seriusan! Aku nggak boong!" kata Parjo sambil mengangkat dua jarinya. "Suer dah!"
Aku tadinya tidak percaya sama Parjo. Dia kan terkenal tukang bohong. Omongannya tidak bisa dipercaya. Tapi sekarang aku terpaksa percaya.
"Ayo sekarang aku antar biar yakin kalau aku nggak boong!" kata Parjo meyakinkan sambil menarik tanganku. Aku seperti kerbau dicocok hidungnya mengikutinya dari belakang. Setelah berjalan kira-kira lima ratus meter, Parjo mengajakku memasuki sebuah rumah gedung yang megah.
"Ini rumah omnya Raisa. Tadi Raisa baru saja datang mau berlibur di sini. Kalau mau ketemu dia, bantuin ngecat sama nyabutin rumbput!"