Pemicu kemarahan bisa hal-hal yang biasa, tetapi dalam kondisi yang stres, individu bisa menjadikannya sebagai alasan marah besar. Bahkan bisa juga pemicunya adalah respon terhadap masalah yang sudah lewat. Sehingga ditujukannya bukan pada khusus seseorang, namun diekspresikan pada orang yang kebetulan ada di dekatnya. Sebagai seorang istri yang memiliki suami seperti itu hendaklah bersikap lebih sabar sehingga tahan kena marah, disamping itu senantiasa berdoa setiap waktu supaya sang suami menjadi seorang yang lembut penuh kasih sayang pada keluarga. Panas harus dihadapkan dengan air yang mengandung hawa dingin, karena dingin selalu mendatangkan kesejukan. Dengan hadirnya kesejukan maka kobaran api penyebab panas akan padam seperti API DISIRAM AIR Misalnya, kita dapat meminta maaf bila memang seharusnya demikian atau mengenali apa yang menyebabkan kemarahannya. Atau dapat juga memperlihatkan perasaan ikut menyesal untuk sesuatu yang telah terjadi walaupun hal tersebut di luar kendali dan dapat menawarkan kompromi. Saat kemarahan sedang berlangsung, carilah waktu sela dimana kita bisa menyela sejenak untuk memberikan penjelasan. Cobalah untuk mengenali perasaan suami, saat tenang atau sedang dalam kemarahan. Mintalah untuk mengungkapkan perasaannya, ini bisa membantu suami tidak ”meledak”. Berusahalah untuk menjadi pendengar, jangan di ”cuekin”. Tunjukkan kontak mata, mengangguk supaya dia tahu bahwa kita berusaha menyimak kemarahannya. Ucapkan sesuatu untuk memperlihatkan pada pasangan bahwa kita mengerti dan ada kemungkinan ingin berdamai. Kemarahan selalu membawa kehancuran dan malapetaka. Marah juga akan membuat seseorang gelap mata. Makanya marah itu sangat berbahaya jika dibiarkan terus menerus. Seseorang yang sedang marah auranya itu berubah pekat dan kelihatan jelek sekali. Pesona yang begitu indah berubah total jadi seperti pemangsa. Mengerikan bukan? Dalam rumah tangga, apabila seorang suami bertabiat pemarah maka yang selalu jadi sasaran kemarahan adalah sang istri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H