Mohon tunggu...
Mariyam Hafid
Mariyam Hafid Mohon Tunggu... -

ibu rumah tangga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ibu.... aku Rindu Kamu

2 Juni 2012   12:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:28 850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Matanya kelihatan mulai cekung, Namun bola matanya sangat meneduhkan,aku yakin siapapun pasti merasa nyaman di sampingnya, pipinya juga sudah mulai mengendur dimakan usia. Bagiku matanya menunjukkan ketegarannya selama ini, walaupun terkadang aku mendapati bola mata itu kosong, terkadang terlihat berkaca-kaca mungkin karena derita yang dialaminya cukup lama sehingga dia terlihat lebih tua dari umurnya.Wanita itu adalah ibuku. Ibu yang selalu sabar menerima kehidupannya, ibu yang selalu membuatku tenang kala kuresah, ibu yang selalu memberikanku pelajaran berharga walaupun dia tak pernah menginjak bangku universitas. Dialah ibuku yang berpuluh tahun ditinggalkan ayah untuk wanita lain. Dialah ibuku yang bertahun-tahun menjadi tukang gosok dan mencuci pakaian orang juga penjual gorengan untuk membiayai hidup kami dan biaya sekolahku. Namun kebanyakan anak korban perceraian trauma dengan perceraian orangtuanya dan pasti akan membekas di sudut hatinya yang paling dalam. Sepertinya sudah menjadi cerita lama saat seorang laki-laki jatuh cinta pada wanita lain,maka tanggung jawabnya pada anak dan istri sirna sudah dari benaknya. Ingin sekali aku menanyakan tentang perasaan wanita lain itu jika dia berada di posisi ibuku, Ingin sekali aku bertanya pada ayah apa yang dia harapkan pada wanita lain itu? namun sekarang aku telah membuang jauh-jauh semua pertanyaan itu dan memilih diam hanya untuk membuat ibu lebih ikhlas dengan kepergian ayah. Ibu,aku  sangat bersyukur bahwa Tuhan telah membuat aku dapat melihat dengan sejelasnya, betapa bernilai dan berharganya kasih sayang yang penuh pengorbanan dari seorang Mu. Dunia ini memiliki banyak keajaiban, segala ciptaan Tuhan yang begitu agung, tetapi tak satu pun yang dapat menandingi keindahan tangan Ibu. Saat itu meski kau sedang sakit namun di matamu sedikitpun tak terlihat betapa kau menahan pilu juga sakit yang kau alami, Ibu kau tampak lebih cantik dan semangat padahal yang maha kuasa telah bersiap menjemputmu, kala itu kau bagai tidur pulas dan sedikit tersenyum, tapi kau telah pergi meninggalkan kami tuk selamanya. Ibu hanya jasadmu saja yang pergi meninggalkan kami, tapi rasa cinta juga dekapan hangat itu tak pernah hilang dari ingatanku, juga kasih sayangmu tetap ada di hatiku.Meski tak akan punah kisah antara kita  namun kata rindu yang menggiringi sunyi setidaknya memberiku kedamaian. Benar-benar sedih  apalagi kalau habis mimpi ketemu almarhumah ibu, duh rasanya kangen banget. Kangen senyumnya,bercandanya, apalagi marahnya itu yang paling dikangenin. Almarhumah juga sayang banget sama suamiku. Ibu bukan orang yang rela melihat anaknya sedih. Ibu bukan orang yang tega menukar kebahagiaan anaknya demi kepentingan pribadinya. Ibu selalu merestui semua yang dilakukan anak-anaknya selama semuanya itu baik dan tidak bertentangan dengan ajaran agama. Teruntuk  Ibu mertua, terima kasih atas kasih sayangmu selama ini.

13386385082009220206
13386385082009220206

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun