Mahasiswa zaman sekarang banyak yang tidak percaya dengan hal-hal mistis. Seperti tergambar pada tokoh Wahyu dalam film KKN Desa penari ini. Tokoh yang saya soroti ini memiliki karakter yang kaku terhadap budaya daerah setempat. Tokoh Wahyu ini seperti saat ketika memulai memasuki daerah di desa penari.Â
Dia sulit beradaptasi dengan lingkungan yang sangat sederhana tidak ada listrik, tidak ada kamar mandi, dan tidak ada fasilitas seperti yang ada di lingkungan sebelumnya. Memang benar tidak mudah beradaptasi dengan budaya tradisional apalagi mereka sudah lama menetap di perkotaan.Â
Mahasiswa lebih menyukai hal-hal berbau modern dan meninggalkan tradisi. Sedari awal ketika rombongan mahasiswa ini tiba di desa penari, tokoh Bu Sundari seakan tidak suka dengan kehadiran mereka. Bu Sundari ini menyindir pola berpakaian dari Ayu karena memakai pakaian yang kurang sopan dan mengikuti trend anak gaul. Bagi Bu Sundari seorang perempuan digambarkan memiliki sopan santun dan bisa menjaga dirinya mulai dari kerapian berpenampilan.
Di dalam tradisi masyarakat Jawa seorang perempuan tidak boleh keluar ketika malam hari. Di dalam film ini di gambarkan ketika adegan Nur sedang berjalan sendirian kemudian diganggu oleh setan genderuwo. Di dalam adegan selanjutnya Nur dirasuki oleh siluman ular yakni Badarawuhi.Â
Dari adegan ini sebenarnya berusaha mempertegas mengapa ada larangan seorang perempuan keluar dari rumah ketika malam hari. Selain karena diganggu oleh makhluk halus seperti genderuwo, ternyata juga dapat memperkecil adanya pelecehan seksual yang rentan terjadi ketika malam tiba. Dengan menetap di rumah selama malam hari tentunya mengurangi sedikit pekerjaan dari KPAI pula.
Mungkin banyak yang bertanya-tanya mengapa harus tokoh yang berperan sebagai mahasiswa diperankan dalam film ini. Menurut saya pemilihan tokoh mahasiswa di sini memperlihatkan mengenai keadaan etika mereka yang telah mengalami degradasi moral sehingga mereka kurang telaten dalam menyaring budaya luar.Â
Seperti halnya ketika Ayu yang memakai pakaian terbuka. Kemudian dalam adegan lain ditayangkan saat Bima dan Ayu mandi bersama dalam sebuah Sendang. Kedua hal ini jelas bertentangan dengan budaya tradisional Jawa. Tidak pernah diajarkan dalam budaya Jawa mengenakan pakaian serba terbuka apalagi sampai berbuat dosa. Dan itu dilakukan di tapak tilas, sebuah benda yang dikeramatkan oleh masyarakat.
Saya sendiri sebagai mahasiswa mengkritisi bagian topik film yang diangkat yakni mengenai KKN atau kuliah kerja nyata. Meskipun saya terhitung mahasiswa baru, sepemahaman saya kuliah kerja nyata diangkat ke dalam film ini untuk mempertegas barangkali masih ada beberapa proker dari mahasiswa yang tidak terealisasikan ketika KKN diselenggarakan.Â
Film ini sedikit banyak mengkritik secara tajam, program KKN secara tiba-tiba mandek dan tidak ada kelanjutan setelahnya.Â
Akibatnya mahasiswa yang tengah melakukan KKN semakin abadi bergentayangan di area kampus dengan dalih menyelesaikan skripsi.Â