Mohon tunggu...
Umi NurBaity
Umi NurBaity Mohon Tunggu... Penulis - Penulis serabutan

Man jadda wa jadda

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tanah Rindu Perantau

12 Mei 2021   12:31 Diperbarui: 12 Mei 2021   12:36 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandemi lagi-lagi makin ngablu
Menyantap rindu yang ditawan dua lebaran
Seolah tiada sempat ambil cuti barang sebentar

Aku menatap gamang
Jalan tol, layang, setapak, trotoar dipadati pengendara
Pada hiruk pikuk desing kendaraan
Mendamba sesak tersengal-sengal karbondioksida
Dan lengking klakson terus bersahutan
Ikuti intruksi rambu-rambu

Aku dengar atasan melarang mudik
Sampai-sampai pemudik disuruh bolak-balik
Menegahi aturan protokol
Kerap kali buat hati makin dongkol

Pasal-pasal tertib diotak-atik
Dibuatnya kita tiada berkutik
Saat celengan rindu diatur sebagai tandu
Sedang layar gawai dibuat semacam candu

Sungguh kita telah dijajah di sini
Tiap-tiap rindu berkalang  tanah perantau
Sewarna guguran kamboja dari tangkai dahan peziarah

Sukoharjo, 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun