Mohon tunggu...
Umi NurBaity
Umi NurBaity Mohon Tunggu... Penulis - Penulis serabutan

Man jadda wa jadda

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memaknai Pandemi

14 Desember 2020   20:55 Diperbarui: 14 Desember 2020   21:15 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diunduh dari freepik.com 

Tak terasa kita telah berada di ujung tahun. Sudah hampir genap sepuluh bulan semua aktivitas dirumahkan. Roda perekonomian pun tersendat, tak seperti biasanya. Inilah yang membuat semua orang stress memikirkan pekerjaan, pangan, dan pendidikan yang semakin rumit. Di masa pandemi, tak hanya udara yang sesak tapi huru-hara pun juga semakin pelik. 

Kriminalitas semakin meningkat belum lagi adanya pembunuhan, tindak asusila, dan korupsi. Itu baru beberapa saja yang disiarkan media sedangkan di luar sana masih banyak kasus yang belum sempat tersentuh media. Berbagai pergolakan hidup memang menantang ketabahan dan kesabaran sebagai bahan ujian lolos tidaknya diri kita. 

Hanya saja manusia memang makhluk yang suka berkeluh kesah dan tinggi hati.Rumah menjadi tempat yang aman untuk melindungi diri begitulah anjuran dari Pemerintah pada publik. 

Lalu warga bergegas menutup jalan guna lockdown, menerapkan protokol kesehatan, dan upaya kebersihan lingkungan. Hal ini memang bagus dilakukan karena mengubah karakter dan perilaku masyarakat agar peduli alam dan lingkungan sekitar. Akan tetapi, apakah perubahan ini mampu mengubah pola pikir masyarakat yang masih lugu dengan pembiasaan baru? 

Tentu, ini menjadi pertanyaan penting yang sering disinggung, sebab pola pikir itu berpengaruh terhadap karakter dan perilaku. Jika hanya perilakunya saja yang berubah maka, jangan heran apabila para pelanggar peraturan protokol kesehatan semakin merebak. Hal ini bukan kebetulan tapi fakta yang berdasar pada rendahnya sikap kesadaran masyarakat saat ini.

Beberapa waktu yang lalu, saya mengamati beberapa tetangga yang nekat mudik dengan berbagai alasan. Sewaktu saya tanya, dia menjelaskan bahwa pandemi itu sudah usai jadi bebas mau apa saja yang penting ikhtiar saja. 

Dia juga menyinggung isu corona cuman isu buatan saja untuk menakuti rakyat. Saya berusaha memberikan penjabaran tentang pandemi yang sedang marak terjadi, tetapi dia menolak dan memegang teguh prinsip ini. 

Sekali lagi saya tekankan bahwa kesadaran masyarakat menjadi kunci keberhasilan Pemerintah dalam mengatasi pandemi. Hal ini memang tak semudah membalikkan telapak tangan pastinya juga melalui proses yang panjang.  

Berbagai anggapan miring kerap kali dilontarkan masyarakat. Hal ini berakibat fatal jika sering terjadi. Kemungkinan terburuk yang akan terjadi yaitu berkurangnya rasa kepercayaan masyarakat terhadap Pemerintah. Tak jarang apabila ada masyarakat yang geram dan merasa bahwa protokol kesehatan hanyalah dongeng saja. 

Ditambah lagi adanya isu gelombang kedua penyebaran pandemi covid-19 yang semakin mencekam. Akankah masyarakat sadar atau malah sebaliknya? Semua tergantung bagaimana masyarakat menyikapi setiap kebijakan yang diberikan. Patuhi saja dan jangan mudah terprovokasi dengan pihak-pihak yang tak bertanggung jawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun