Mohon tunggu...
Umi Sahaja
Umi Sahaja Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Ibu bekerja yang ingin sukses dunia akhirat

Selalu berusaha membuat segalanya menjadi mudah, meski kadang sulit. 😄

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ingkung dan Kentang

15 September 2024   10:21 Diperbarui: 15 September 2024   10:30 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Baiklah, lain kali kalau ada nasi sisa, Mas bantu aku buat naruh di kotak nasi berkah yang biasa ada di ujung jalan itu, ya." Suami mengangguk sambil terus mengunyah makanan hingga lumat. Tangannya masih sibuk membuat suapan baru, kali ini mencampur nasi dengan ayam lodho.

"Kemudian, Mbah Yai mengatakan kalau ibu-ibu saat membuat nasi untuk selamatan kamatian, misalnya tujuh hari, empat puluh hari, seratus hari dan lain sebagainya, sebaiknya lauknya ayam kampung, ingkung. Jangan ayam sayur." Aku tersenyum, sebagian besar untuk acara selamatan memang menggunakan ayam sayur, selain karena lebih murah, ayam sayur juga mudah didapat. Tidak semua rumah tangga, meskipun itu di kampung, yang beternak ayam kampung sendiri. Jadi kalau membutuhkan ayam kampung, ya harus pesan terlebih dahulu.

"Ayam sayur itu lebih mudah didapat, Mas. Aku juga pernah denger dari salah satu ustadz, sebaiknya memang ayam kampung, lebih bagus lagi menyembelih kambing atau sapi." Itu kalau dananya mencukupi, kalimat terakhir itu hanya tertahan dalam di kerongkongan, tak sampai hati aku ungkapkan. Selamatan itu niatnya sedekah yang memang dianjurkan dalam Islam. Namun islam itu juga agama yang mempermudah, bukan malah mempersulit.

"Mbah Yai kemudian menegaskan kembali :'Jangan ayam sayur, ya, Bu.Ingkung' .

Aku bisa membayangkan ibu-ibu jamaah yang tersenyum mendengar penegasan itu.

"Trus ada lagi kata Mbah Yai, 'Untuk tambahan lauknya sambel goreng kentang, ya, Bu. Ojo telo. Bu ..., kentang."

"Hahaha...," tawaku akhirnya keluar saat suami menirukan ucapan Mbah Yai mengenai kentang yang diganti ubi rambat. Hal ini juga umum terjadi di kampung. Karena ketersediaan ubi lebih banyak, dan harga kentang lebih mahal dibanding ubi, jadi para ibu lebih memilih membuat sambel goreng dari ubi. 

Ah, lagi-lagi sentilan Mbah Yai ini menjadi evaluasi bagiku. Meskipun aku lebih suka ubi rambat digoreng atau dibuat kolak, tetapi aku juga pernah mendapat nasi berkat dengan tambahan lauk sambel goreng ubi. Bagiku, hal seperti itu bukanlah masalah yang berat, mendapatkan nasi berkat adalah rezeki. Apapun yang kita peroleh adalah rezeki yang harusnya kita syukuri, dalam hal ini kalau dapat nasi berkat ya dimakan, entah itu lauknya apa. Bagi yang punya hajat, semua kembali kepada kemampuan masing-masing, jangan sampai karena mengupayakan sesuatu diluar kemampuan kita. Apalagi sampai mencelakakan diri sendiri dan keluarga. Jangan, ya, Dek, ya ....

Blt, 15 September 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun