Mohon tunggu...
Umi Sahaja
Umi Sahaja Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Ibu bekerja yang ingin sukses dunia akhirat

Selalu berusaha membuat segalanya menjadi mudah, meski kadang sulit. 😄

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menciptakan Awal dan Akhir Hidup yang Baik

29 Juli 2024   02:07 Diperbarui: 29 Juli 2024   02:39 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Terima kasih, ya, Dek, hari ini kamu udah nemenin Ibu sholat Subuh di musholla." Aku merangkul pundak anak sepuluh tahun itu, sambil terus berjalan menuju rumah. Anak laki-laki di sampingku hanya menoleh sebentar, lalu berkata:"Kata-kata adalah doa, Bu. Kemarin Ibu bilang mau masuk surga sendiri."

"Yaa, habis Adek nggak mau diajak sholat subuh. Malah asyik main HP. Tapi hari ini Ibu bersyukur, Adek mau ke mushola. Kita masuk surganya Allah bersama-sama, ya, Dek.

"Oiya, hari ini kita ikut kajian Ahad pagi di masjid, ya, Dek." Dia mengangguk. Suasana pagi dengan udara yang segar, hanya suara langkah kaki kami yang terdengar. Pagi yang masih gelap diterangi sinar lampu di sisi jalan, menyinari jalan kami menuju rumah yang tak jauh dari musholla.

Sesampainya di rumah, aku langsung mandi dan mempersiapkan diri untuk ikut kajian. Tak lupa mengingatkan suami agar bersiap-siap jika tidak ingin terlambat.

Karena satu dan lain hal, akhirnya kita bertiga baru tiba di masjid pukul 06.00 WIB. Kajian sudah dimulai. Kali ini kajian diisi oleh KH. Rofian Karim dari Batu. 

Aku mencari tempat yang nyaman untuk duduk, lagi-lagi di teras masjid, lagi-lagi karena terlambat. Meskipun begitu, ada beberapa orang yang baru datang setelah aku duduk. Di sampingku seorang ibu dan dua gadis kecilnya tersenyum begitu aku menyapanya.

Terdengar suara ustadz yang mengajak bersholawat. Beliau kemudian menyampaikan materi kajian, dimulai dengan keutamaan menjadi wali Allah. Makam wali songo sampai sekarang tidak pernah sepi pengunjung karena menyebarkan agama Islam.

Jika Allah berkenan memuliakan seorang hamba, Allah akan meminta Malaikat Jibril untuk memuliakannya. Segala sesuatu yang menisbatkan hidupnya untuk Allah, hidupnya akan mulia. 

Ketika haji, jamaah haji pergi ke Baitullah, rumah Allah. Para jamaah adalah duta Allah. Tidak semua orang mampu melaksanakan ibadah haji. 

Bulan Muharram adalah bulan yang mulia, diantara bulan lain. Untuk itu perbanyak amal kebaikan. Ziarah wali, mendekatkan diri kepada orang sholeh.

Bulan mulia, perbanyak ibadah, sholat malam.

Dari dua belas bulan, empat bulan yang mulia, yaitu Rajab, Dhulqo'dah, Dzulhijah, Muharram.

Perhatikan, bulan Muharram adalah bulan pembuka. Pembuka yang baik, ditutup dengan bulan yang baik pula, Dzulhijah.

Rosul mengajarkan di pagi hari diawali doa pagi. Aktivitas dimulai dengan niat yang baik. Seperti Sabda Nabi Muhammad SAW, Innamal 'a'malu binniat.

Yang artinya:" Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya."

Bulan Muharram adalah bulan hijrah. Saat Nabi hijrah ke Madinah, ada tiga kelompok yang kemudian mengikuti beliau.

Tiga kelompok hijrah:

  1. Ingin mendapatkan rahmat Allah 

  2. Ingin berdagang untuk mendapatkan untung. Bepergian dalam suatu rombongan akan lebih aman.

  3. Ingin menemui pendamping hidup untuk berkeluarga.

Mereka memperoleh apa yang menjadi niat masing-masing.

Jamaah menjadi ramai saat ustadz memberikan pernyataan:" Bu, tugas istri itu bukanlah memasak, bukan mencuci, bukan menyapu atau ngepel, bahkan tugas istri itu bukanlah mencari nafkah! Itu semua tugas suami!"

Jamaah terutama ibu-ibu langsung tersenyum sumringah.

"Tugas istri adalah taat pada Allah dan taat pada suami. Jadi kalau suami meminta untuk menjaga rumah, ya, ibu-ibu harus taat."

Begitu mendengar kalimat terakhir, sambil tersenyum kecut, spontan ibu-ibu komentar, "Yaaa, sama saja." 

Dalam rangka membuka hari dengan hal yang baik, setiap akan melakukan pekerjaan, apapun itu niatkan hanya taat kepada Allah, hanya mengharapkan ridlo Allah.

Dengan niat baik, untuk taat kepada Allah, kebiasaan yang kita lakukan setiap hari akan dinilai sebagai ibadah.

Harapannya apa? Dengan awal yang baik itu akan berakhir dengan hal yang baik pula. Diantara tanda iman adalah senang melakukan amal kebaikan. Seperti hadir dalam majelis ini, jika terbiasa hadir dalam majelis, suatu saat jika kita berhalangan, pasti ada kekecewaan.

Seperti bulan Dzulhijjah, bulan penutup yang mulia. Sebaiknya kita akhiri hidup kita dengan penutup yang baik. Karena penutup yang baik menjadi kepastian neraka atau surga.

Rosul bersabda, "Innamal a'malu bil khawatim."

Yang artinya : " Nilai amal itu ditentukan bagian penutupnya."

Jamaah kembali ramai saat ustadz menanyakan apakah ada ibu-ibu yang cerewet? Di rumah selalu ngomel sepanjang hari? Apakah orangnya hadir di majelis ini sekarang?

Ibu-ibu tersenyum satu sama lain, sebagian berkomentar:" Kalau gak cerewet, apa-apa gak dikerjakan."

Istri yang cerewet tertutup dengan istighfar. Jadi ibu-ibu, boleh cerewet tapi selesai menumpahkan uneg-uneg, baca istighfar. Ngomel lagi, istighfar lagi. Demikian seterusnya.

Kemudian ustadz juga bertanya :" Siapa Bapak-bapak di sini yang ngamukan? Sering marah-marah? Orangnya ada? Datang sekarang? Yang mana orangnya?"

Para jamaah kembali ramai. Sekarang Bapak-bapak yang tersenyum kecut.

Suami yang pemarah tutupi dengan dzikir.

Fungsi dzikir itu adalah :

  1. Membersihkan prilaku buruk

  2. Melembutkan hati/karakter yang keras

  3. Memperbaiki kondisi dan keadaan yang buruk (musibah,ujian berat)

Pesan Nabi kepada Mu'adz , "Ya Mu'adz aku menyayangimu karena Allah, jangan tinggalkan setiap selesai sholat: Ya Allah bantulah aku agar selalu berdzikir dan bersyukur kepadamu."

Kita harus upayakan penutup kehidupan yang baik. Penutup kehidupan tergantung kebiasaan yang kita lakukan semasa kita hidup.

Membangun kebiasaan baik itu tidak mudah, untuk itu harus diupayakan, kebaikan harus dipaksakan.

Ada doanya, yaitu : "Bismillahi paksa!"

Dengan mengulang akan menjadi karakter, karakter yang berkelanjutan akan menjadi pencerahan."

Memaksakan kebaikan tujuannya membentuk kebiasaan baik.

Niatkan hanya karena Allah, bentuk kebiasaan yang baik dengan memaksakan berbuat baik. Harapan kita jika sudah terbiasa berbuat baik, saat kita dipanggil nanti akan menjadi akhir yang baik untuk kita, khusnul khatimah.

Tak terasa kajian telah berakhir, selanjutnya mengucapkan doa yang diamini oleh para jamaah.

Barakallah untuk ilmunya, Bapak KH Rofian Karim, semoga berkah untuk semua. Aamiin.

Wlingi, 28 Juli 2024.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun