Dia selalu ada saat aku membutuhkan.Â
Saat hujan deras aku baru pulang sekolah, tiba-tiba dia sudah ada disana, tersenyum, melambaikan tangan di atas skuter tuanya. Aku teringat, kemudian berboncengan melaju ke rumah.
Dia selalu mengerti , seakan-akan bisa membaca pikiranku.
" Sudah.. tidak usah dipikirkan, fokus saja pada sekolah mu. Itu yang paling penting saat ini. " Ucapnya saat aku lelah dengan keributan yang terjadi di rumah.
Di lain waktu, " Nanti aku anter, aku bantuin, gak usah khawatir, hari itu kuliahku kosong kok!"
Kata-katanya meredam kekhawatiranku saat aku harus pindah kost ke tempat baru.
Dia merasa aku teramat istimewa.
Saat dia memandang ku, wajah nya berbinar. Tersenyum. Apapun yang aku lakukan tidak pernah salah. Selalu menarik dimatanya. Saat belajar naik motor, tanpa dosa kedua kaki ku langsung naik ke dek motor. Aku melakukan itu karena tau dia duduk di belakang ku dengan kakinya yang panjang masih berpijak di tanah. Dia tertawa pada waktu itu. Kalau seperti itu belajar sepeda nya kapan bisanya, katanya sambil tertawa. Aku yang lugu, tak tau harus menjawab apa. Sampai kemudian aku tak pernah bisa naik sepeda. Aku adalah murid yang gagal saat dia menjadi guru nya.Â
Di saat teman-teman SMA ku punya pacar. Ada perasaan iri. Ada keinginan untuk sekedar bersantai. Aku kubur diam-diam rasa itu, karena aku tau, aku harus belajar giat. Aku tidak sama dengan mereka. Aku harus bisa lulus lalu bekerja. Tidak boleh berleha-leha. Tak kusangka saat ulang tahun ku tiba, ada amplop merah jambu disana. Ada karikatur yang sangat indah. Ada goresan yang sangat menyentuh hati disana. Ah.. ini hadiah ulang tahun yang teramat manis. Aku ingat saat itu aku simpan dibalik bantal. Sampai beberapa hari, aku selalu membacanya sebelum tidur.
Dia selalu memberikan yang terbaik.
Berusaha membantu apapun kesulitan ku. Pun saat belajar pelajaran sekolah. Tapi aku merasa penjelasannya terlalu tinggi untuk anak seusia ku. Meski begitu aku selalu berusaha belajar dengan caraku sendiri hingga lulus. Hingga wisuda.