Mohon tunggu...
Umi Lasminah
Umi Lasminah Mohon Tunggu... Penerjemah - warga Jakarta, Indonesia, Semesta. Manusia adalah paling mulia, paling sederhana sekaligus paling kompleks

just the note of personal ideas, in searching of TRUTH as woman who live in Beautiful Indonesia, the legacy of GREAT NUSWANTARA created by the Ancestor of great human

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ratmini Soedjatmoko: Putri yang Melanglangbuwana Seorang Diri

19 Oktober 2022   13:12 Diperbarui: 20 Oktober 2022   21:05 2148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: https://ratminilifeworks.medium.com

Ratmini Soedjatmoko 15 November 1925- 1 Oktober 2022: Putri yang Melanglangbuwana Seorang Diri


Kisah hidup Ratmini Soedjatmoko maupun Soedjatmoko, bila dibuat film pasti biayanya mahal sekali. Bayangkan berapa budget untuk adegan perjalanan di luar negeri ke berbagai museum dan tempat bersejarah di berbagai kota di dunia. Terutama menyiapkan shooting location yang dapat menggambarkan situasi pada masanya.

Saya tak mengenal langsung Ibu Ratmini Soedjatmoko, hanya membaca dari biografi yang ditulis bersama Putri-putrinya saya mengenalnya. Itu pun baru saya baca Tahun 2021 padahal buku itu terbit 2015. Baru jatahNya. Agak terlambat tapi tak ada kata terlambat untuk memperoleh inspirasi. Ketika akhirnya saya membaca kisah hidup, harapan, pengalaman dan pandangan sebagai mana disampaikan dalam RATMINI 90 TAHUN MENGARUNGI SAMUDRA KEHIDUPAN (disingkat Ratmini, pen.). 

Itulah manfaat terbesar buku, khususnya buku biografi, walaupun pelaku jaman telah meninggalkan dunia fana, buku mampu mewarisi nilai dan falsafah hidup menjadi keabadian terpatri pada buku yang dapat merembes ke nurani siapapun yang membacanya. Tulisan ini sedikit banyak mengambil cuplikan dari buku tersebut yang dari pertanyaan yang disiapan oleh putri Beliau Galuh Wandita, kurasi foto oleh Danya dan Warto yang mengetik transkrip, juga putri beliau Kamala Chandrakirana dan Isna Marifa yang turut menjadi editor. Karena bersifat cuplikan maka tak akan mampu mengambil banyak nilai maupun pelajaran yang begitu luas dari yang dipaparkan dalam buku.

sumber: https://ratminilifeworks.medium.com
sumber: https://ratminilifeworks.medium.com

Keliling Dunia, Belajar dan Berkarya

Membaca Ratmini kita akan pula mendapat gambaran kehidupan masa kolonial Belanda maupun Jepang. Tentu akan juga ada kisah romance antara Soedjatmoko dan Ratmini. Keduanya menikah 15 Oktober 1957 dengan mas kawinnya sepasang bunga kantil dan sepasang bunga melati (dari emas). (H.66-74).

Tulisan mengedapankan bagaimana istimewanya sejak usia muda Beliau berpindah negara seorang diri dalam penerbangan menuju Belanda 1 Oktober berangkat dari Kemayoran tiba di Belanda 4 Oktober 1953.  Singgah dulu Singapura, Thailand, Vietnam, Pakistan, Mesir, Roma baru kemudian Belanda, alangkah capeknya Bayangkan. Di Belanda Ibu Ratmini belajar 1 tahun IKNO Institut voor Kunstnijverhieds Onderwijs, Institute for Arts & Crafts Educatio) bagian guru gambar di Amsterdam. Selama belajar, saat libur berjalan-jalan ke Perancis. Pulang ke Indonesia tahun 1954 dengan kapal laut Willem Ruys berlayar selama tiga minggu. Di Jakarta mengajar kursus. (H.60-61).

Punya anak umur 2 (Nana)  tahun sudah berangkat lagi luar negeri Amerika Serikat. Dengan pengalaman ketika menjadi istri pejabat yang dengan "keren"-nya, tidak aktif di Dharma Wanita karena alasannya "suami saya bukan pegawai negeri". (H.123)

Secara nyata menjadi istri Duta Besar Amerika Serikat Ibu Ratmini sudah menunjukkan Ratmini maestra lukis pun pencipta motif batik bukanlah perempuan layaknya istri pejabat umumnya pada masanya maupun masakini. Sebagai istri pejabat yang justru belajar di negeri dimana beliau tinggal. Di Amerika Serikat saat suaminya menjadi Dubes belajar melukis di Corcoran School of Arts. Juga belajar perhiasan perak dan emas pada Denyse Touchette.  Di Jepang belajar melukis gaya Jepang dan merangkai bunga khas Jepang manakala Soedjatmoko menjadi rector Universitas Perserikatan Bangsa-bangsa di Tokyo.

Tahun 1986 ke Moskow seorang diri, seperti biasa, suaminya berangkat dari belahan dunia lain dan bertemu di Moskow, Uni Soviet waktu itu.

Adalah suatu hal yang istimewa bagi orang asing diundang langsung oleh Putra Mahkota Achito (sekarang Raja Jepang) berdua saja dengan suaminya. Waktu itu pun saat sendirian Ibu Ratmini menghadiri suatu pertemuan dimana beliau menyampaikan pada Putra Mahkota bahwa suaminya akan habis masa jabatan sebagai Rektor dan akan pulang ke Indonesia. Sehingga diundanglah berdua oleh Putra Mahkota

Beruntungnya bagi yang ingin mengenal karya Ibu Ratmini kita dapat meresapinya  sebagian melalui website https://ratminilifeworks.medium.com/22-artworks-for-mothers-day-22-december-22-karya-ibu-untuk-hari-ibu-aee15cd312d6
Betapa luar biasanya dengan karya lukisan yang dicipta di luar negeri atau di Negara yg di kunjungi.

Membaca dengan Perspektif ajaran Leluhur

Berhubung menggeluti ajaran Leluhur Nuswantara, khususnya Jawa maka ketika membaca buku Ratmini pun saya menggaris bawahi hal-hal terkait praktek dan tradisinya yang sempat dipaparkan. Didalam menyebutkan tanggal lahir, tak lupa mencantumkan hari pasarannya. Beliau sendiri lahir pada Rabu Wage 18 November 1925. Secara garis lahir Ratmini berdarah biru, dari pihak ayah dan ibunya.

Di antara yang menarik perhatian saya a.l surat ibundanya kepada Ratmini tetang pertanda kedatangan Leluhur. Apabila ada hujan angin besar bakarlah kemenyan atau ratus ditrikan rumah sambil dalam bathin menghaturkan bekal kepada yang lewat di pucuk angin. (20).

Ada juga tentang keris milik Pak Koko yang rusak atas arahan Pak Kasir paranormal agar keris dibuang di prapatan dan itu dilakukan pa Koko. Beberapa hari kemudian keris menyusup di ruang tamu sudah dibetulkan (110)

Jadi Sabtu pagi 6.30 wib, 1 Oktober 2022, saya dalam perjalanan ke UI Depok, mau latihan basket. Nah HP sempat tidak online karena lupa menghidupkannya data sehingga tak tahu telpon masuk dari mba Elli (Firziana Roosnaleli), ketika saya akhirnya online lihat pesan bahwa Ibunya mba Nana meninggal dunia. Aku bilang mau ke pemakaman saja sepulang dari basketan. Selain basket di UI Fakultas Ilmu Budaya ada latihan dari Yapong dan sempat foto-foto peserta yang sedang menari. 

Sekitar pukul 11.30 meluncur ke Tanah Kusir, dengan naik kereta CL (Commuter Line) lanjut Transjakarta cepatlah tiba di tanah kusir, sebelum pukul 14.30. Cuma baterai habis dan lapar belum makan siang. Nah ngopi dan ngecharge. Saya mendapat informasi bahwa jenazah diberangkatkan dari Menteng pukul 14.30, asumsi saya pukul 15.20, tiba karena saya lihat lalulintas ramai. 

Sehingga ketika waktu menunjukkan pukul 15.20 saya meluncur ke pemakaman. Duh sudah selesai. Ada mba Nana  (yang menandantangani sesuatu), Mba Galuh yang duduk dengan wajah sendu, juga mba Isna. Hanya sempat bilang ke mba Isna, "Ibu banyak yang jemput dan antar, angin hanya diseputar makam diseputar makan Beliau".

Setelah salam hormat, berdoa buat Almarhumah. Tak lama kemudian saya pergi, karena terbelet pipis. Bertanya pada petugas pengatur parkir. Saya diarahkan ke makam bapak proklamator Mohammad Hatta, ada  musholla yang terletak disamping bangunan rumah desain Minang. Saya belum pernah sowan ke Bung Hatta, pasti tidak bagus juga dengan kondisi yang kotor ini. Niat kesana, suatu saat tentunya dengan mengutamakan kebersihan diri. Urusan buang air kecil saya selesai, langsung saya pulang. Tak sampai 30 menit keseluruhannya.

Saya bertanya dalam hati kenapa saya tidak ikut pemakaman padahal lokasi saya hanya beberapa ratus meter saja. Ternyata tidak boleh, tidak diterima. Saya habis berkeringat main basket tidak mandi dulu, hanya mengeringkan badan dan semprot parfum. Tidak bersih. Wong dalam religi Islam yang wafat dimandikan, maka yang mengantar pun harus bersih.

Biodata beliau dapat dilihat https://ratminilifeworks.medium.com/ratmini-4486e90a3152 menunjukkan jejak karya yang panjang dari aktifitas beliau termasuk sebagai penulis buku yang jumlahnya tidak sedikit tentunya beliau juga penulis yang menjangkau pembaca popular di Femina, dan berbagai penghargaan atas baktinya,  terakhir beliau mendapat penghargaan Ratmini Gandasubrata Soedjatmoko (atas peran sertanya mewujudkan logo Himpunan Wastaprema dan upaya dalam pelestarian wastra Nusantara hingga kini, penghargaan diserahkan oleh Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid yang diterima oleh putrinya Kamala Chandrakirana pada 27 Juli 2022. 

                                                            

sumber: ratminilifeworks.medium.com
sumber: ratminilifeworks.medium.com

sumber: ratminilifeworks.medium.com
sumber: ratminilifeworks.medium.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun