Mohon tunggu...
Umi Lasminah
Umi Lasminah Mohon Tunggu... Penerjemah - warga Jakarta, Indonesia, Semesta. Manusia adalah paling mulia, paling sederhana sekaligus paling kompleks

just the note of personal ideas, in searching of TRUTH as woman who live in Beautiful Indonesia, the legacy of GREAT NUSWANTARA created by the Ancestor of great human

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Transaksi Perdagangan Sejati adalah Bertukar Rasa Senang

19 Desember 2021   23:38 Diperbarui: 19 Desember 2021   23:56 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasa senang bisa membeli tape. Rasa senang bapaknya dibeli tapenya. Tulisan saya sebelum ini.  Transaksi perdagangan sejati mungkin bukan jual beli barangnya, nilai nominal (materi) tetapi melampauinya yaitu terpenuhinya kebutuhan, sehingga bahagia tiba.

Bukankah dahulu kala di desa-desa  juga terjadi barter disamping bantuan uang sebagai media tukar... Kuncinya saling memenuhi kebutuhan (tanpa berlebih-lebihan). Transaksi perdagangan adalah bertukar sesuatu yang dibutuhkan dalam meneruskan hidup manusia (sehingga tidak lapar, tidak sedih/hiburan, tidak sakit/obat?), dan lain-lain sehingga manusia dapat hidup secara penuh.

Amerika Serikat mungkin adalah negara yang paling dapat menciptakan perdagangan rasa, dalam hal ini dunia Hiburan. Menjadi masalah adalah ketika untuk dapat menciptakan karya (film, musik, sport) yang paling mampu menggerakan rasa (entertainment), lalu diindustrialisasi karyanya sebagai komoditi komersial (komoditi ada material) akhirnya pengejaran terbesar adalah mencapai sebanyak-banyaknya penjualan. Dan apabila hasil penjualan tertinggi didapatkan dari karya seorang Artist tertentu lalu Perusahaan akan mengeksploitasi artist itu. 

Teman saya DJ yang juga musisi komposer musik EDM (electronic dance music) pernah deal dengan produser asal Amerika Serikat, dia berhenti bilang, "kaya robot". Kondisi faktual mengenai kehidupan manusia bekerja berkarya seperti robot dapat dilihat kebalikannya kehidupan pada industri periklanan di Perancis yang difilmkan dalam serial Emily in Paris serial tv online (Emily perempuan muda Amerika yang bekerja di Paris).

Tapi memang untuk industri hiburan (rasa) karya produk Amerika Serikat hasilnya perfection, yang dalam industri olahraga jelas ditulis oleh Geno Auriemma dengan judul "Perfection" . Kisah bagaimana Geno Auriemma melatih tim basket putri universitas Connecticut(UConn Huskies) menjadi pelatih. Di AS tim basket putri Uconn Huskies adalah record juara terbanyak 11 kali juara NCAA  (National Collegiate Athletic Association).

Nah dalam pandangan saya, apa yang terjadi sebagai prestasi besar di dunia entertainmen AS yang mampu tetap mempertahankan mengumpulkan medali-medali emas Olimpiade bagi negaranya, dan karya-karya film yang baik yang menggugah rasa, namun manusia para creator-nya harus siap menjadi robot/mesin.

Sebut saja Almarhum Kobe Bryant yang luar biasa jago main basketnya, itu adalah hasil disiplin, kerja keras yang sekeras-keras dan tangguhnya fisik mental manusia, kalau tidak kuat tersedia morphin, dan narkoba yang "membantu" mengalihkan rasa tertekan, gelisah dsb. Atau kalau tidak kuat sama sekali, pergi saja meninggalkan dunia fana dengan inisiatif sendiri Kurt Cobain, Robin Williams, Anthony Bourdoin.

Bagaimana Indonesia, apakah mau ikutan model industri entertainment seperti AS?, Kalau saya memilih mendukung apa yang sedang terjadi di Indonesia, profesionalitas dunia entertainment demi mencapai "perfection" bisa tanpa menjadikan manusia cretornya laksana robot (padahal robot tidak tahu estitika kan... eh) . Dan salah satu yang membedakan Indonesia Nusantara adalah bangsa yang spiritual, tak heran ajaran religi apa saja masuk dan diterima, karena yang beyond sudah ada mengakar di sini, spiritulitas dalam praktek tradisi dari barat sampai timur Indonesia.

Perdagangan besar? Tak ada.. Nanti juga dipecah lagi menjadi unit-unit pembeli yang lebih kecil lagi. Nah kalau perdagangan persenjataan dan alat perang itu bukanlah bagian dari narasi yang saya tulis. Karena pembeli dan penjualnya sering kali tak mengkonsumsinya, hanya lewat. Makelar. Makelar adalah medium ketiga dari creator produser  penjual dan pembeli pemakai pengkonsumsi..

@umilasminah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun