Mohon tunggu...
Umi Lasminah
Umi Lasminah Mohon Tunggu... Penerjemah - warga Jakarta, Indonesia, Semesta. Manusia adalah paling mulia, paling sederhana sekaligus paling kompleks

just the note of personal ideas, in searching of TRUTH as woman who live in Beautiful Indonesia, the legacy of GREAT NUSWANTARA created by the Ancestor of great human

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenal Soedjatmoko

12 Desember 2021   10:26 Diperbarui: 26 Desember 2021   17:38 10702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto Milik keluarga Soedjatmoko

Malu, mungkin itu perasaan yang tepat yang menggambarkan saya yang agak terlambat mengenal Bapak Soedjatmoko, yang pada jaman perjuangan sebelum Kemerdekaan dipanggil dengan sebutan bung Koko. Betapa tidak, saya lulusan sejarah, tapi kurang tahu tentang Soedjatmoko. Tapi sepertinya hal  ini tentang Soedjatmoko bukan saya saja :-) Bila diingat lagi ada hal-hal yang ketika disebutkan dapat dianggap justifikasi, pembenaran kepada diri saya sendiri. Misalnya terkait partai yang dibubarkan Presiden Soekarno atau aktivitas perjuangan yang dianggap tidak penting sehingga luput dari pelajaran sejarah, misalnya idenya tentang bentuk negara federal. Apapun alasannya ada kondisi yang membuat saya dijauhkan dari informasi tentang pandangan dan pemikiran visioner Soedjatmoko.
Teringat oleh saya ada seorang teman aktivis yang bilang ' dia sahabatnya Mac arthur' dengan tone yang tendesius "negatif". Ada juga yang bilang bagi kaum PSI yang pintar cuma Soedjatmoko. Hal ini terkait pujian banyak pihak tentang Soekarno yang dianggap mampu menandinginya hanya Soedjatmoko. Ketika akhirnya berkesempatan membaca biografi Soedjatmoko Pergumulan Intelektual yang ditulis M. Nursam tahu lah saya, bahwa Soedjamoko, ada kebenarannya juga. Bila Bung Karno, Bung Hatta mewakili Angkatan Tua 1945, maka Soedjatmoko dan kaum muda pejuang revolusi kemerdekaan lain seperti Sukarni, Chairul Saleh, Hanafi mewakili Angkatan 45 kaum mudanya.

Para pejuang ini di Jakarta selama pendudukan Jepang berkordinasi dan rapat-rapat di daerah Menteng Jakarta Pusat. Menteng 31 (sekarang Gedoeng Joeang) , Menteng 71 (Bapperpi) Badan Perwakilan Pelajar Indonesia, Prapatan 10 (belajar pada Syahrir). Para pemuda yang tergabung di dalam posko-posko tersebut berjuang baik secara diplomasi maupun angkat senjata. Pertempuran dengan Belanda juga dijalani oleh pemuda dari gabungan ini beberapa orang meninggal dunia dalam pertempuran di Jakarta. Kisah petempuran yang terkenal Kerawang Bekasi, namun di Jakarta termasuk di wilayah Matraman kini adalah ajang pertempuran. Perempuan Indonesia mendukung logistik Pejuang Indonesia, diantaranya diorganisir oleh WANI yang membawa ribuan telur asin dalam besek besar dari Cirebon dengan kereta untuk pejuang di Jakarta, namun sayangnya diturunkan di Bekasi oleh tentara, hingga akhirnya diganti dengan uang untuk membeli lagi. (Sujatin Kartowijono, Mencari Makna Hidupku., dikisahkan kembali oleh Hanna Rambe, 1983)

Soedjatmoko pada jaman penjajahan Jepang melawan, lalu dipenjara. Walaupun satu bulan dipenjara, efek psikologisnya tidak menyenangkan dan lebih menyakitkan, ia tidak dapat melanjutkan sekolah kedokterannya. Meski hal itu tak menyurutkan perjuangannya, pada awal tahun 1944, ia bersama dua temannya sesama pejuang kaum muda menghadap Soekarno untuk mencabut mandatnya, menarik kepercayaan, karena kaum muda menganggap bahwa Soekarno berkoraborasi dengan Jepang dan fasis. Namun tak lama sesudahnya, Soekarno memberi penjelasan mengapa berhubungan dengan Jepang, yaitu ada 3 hal yang tidak dijanjikan akan diberikan oleh Belanda yaitu: Kemerdekaan, Parlemen dan Membentuk tentara. Dan adalah Soedjatmoko termasuk seorang yang Soekarno ramalkan akan jadi orang besar..

Sepak terjang selanjutnya Soedjatmoko banyak sekali, melanjutkan melanglang dunia sebagai pegawai Deplu, Jurnalis, sebagai Dubes, dan Rektor Universitas Perserikatan Bangsa-bangsa dan intelektual bebas.  Sekian banyak kiprahnya, tapi apakah dalam mata kuliah jurusan Hubungan Internasional disampaikan fakta sejarah bahwa ada anak muda  yang mempersiapkan berdirinya kantor Kedutaan Besar Indonesia untuk Amerika Serikat dan Kedutaan Besar Indonesia untuk Inggris, adalah Soedjatmoko yang masih bujangan melakukannya.

Beberapa dasawarsa lewat ternyata saya baru diberi jatah olehNya untuk mengenal Beliau sekarang, melalui tulisannya yang meskipun berisi namun tak melulu logika kaku, banyak tulisannya memakai kata yang mencerminkan rasa, bagi para pembacanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun