Mohon tunggu...
Umi Lasminah
Umi Lasminah Mohon Tunggu... Penerjemah - warga Jakarta, Indonesia, Semesta. Manusia adalah paling mulia, paling sederhana sekaligus paling kompleks

just the note of personal ideas, in searching of TRUTH as woman who live in Beautiful Indonesia, the legacy of GREAT NUSWANTARA created by the Ancestor of great human

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gagap Budaya: Gak Kenal Budayanya Sendiri

20 Maret 2013   12:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:29 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kompas Minggu,3 Februari 2013 menulis tentang budaya,cara hidup,adat suku Batak, salah satu suku terbesar di Nuswantara yang masih menekankan pentingnya ikatan pada Nenek Moyang pada Leluhur. Fitur yang menggugah semangat jati diri individu bangsa Indonesia, bangsa yang bhinekka warisan Nuswantara.

Keinginan mencari jatidiri, mengenali diri sendiri dari masalalu nenekmoyang adalah bagian kemanusiaan yang mulia yang secara tak sadar terkait dengan hakekat asali-manusia yaitu Sang Pencipta, Akar dari Segalanya.

Bangsa Indonesia adalah Negeri yang dekat dengan masalalu, namun karena suatu yang sistematis dari penjajahan, masalalu menjauh, tak dikenali bahkan asiang. Itulah yang membuat bangsa Indonesia banyak yang gagap budaya.

Gagap Budaya

Selama ini yang sering dianggap selalu dalam posisi gagap budaya adalah para buruh migran, saat mereka kerja di luar negeri, atau orang kampung yang masuk ke kota. Anehnya orang kota yang masuk kampung gak pernah dianggap gegar budaya. Lagi-lagi stratifikasi didalam persepsi manusia, ada rangking/tingkatan tentang budaya. Budaya kota dianggap lebih maju,progressive sehingga kalau datang ke kampung/desa dianggap tidak gagap. Walaupun realitanya gagap, bahkan panik menyergap si orang kota itu, dan biasanya orang kampung akan menjelaskan segala tatacara yang masih ada dan dipraktekkan di kampung kepada orang kota yang datang ke kampungnya, lalu orang kota yang baik akan turut mengikutinya.

Gagap budaya sejak kecil terjadi, menjadi-jadi sejak tahun 1990an hingga sekarang. Sebagai contoh, anak yang lahir di Jakarta, ayah ibunya keturunan suku Jawa, si anak ada usia 7 tahun ketika ditanya apakah tahu lagu asli Jakarta, ceritanya dan sejarah lagu itu, adat istiadat Jakarta, atau Jawa karena bapak -ibunya keturunan Jawa. Belum ada survei mengenai ini, tapi saya yakin 88% anak umur 7 tahun ini pasti tidak bisa menjawabnya, tidak mengerti. Padahal adat budaya Jakarta mulai dari perkawinan, kematian, permainan anak, tarian ada. Juga Jawa.

Tercerabut Akar, Cangkokan Luar

Lalu para orang Indonesia yang tinggal di luar negeri, atau menikah dengan bangsa asing gagap budaya. Pencangkokan budaya terjadi. Persamaan lahannya seperti dalam pencangkokan tumbuhan, kalau dicangkongkan pada yg akarnya tak kuat dan tak siap maka akan menghasilkan tanaman cangkok yang tdk sempurna.

Yang paling super lucu itu cangkokan dari dari cangkokan. Jadi seperti Semedi itu asli dari Nuswantara. Kalau orang india-tibet nyebutnya yoga. Diadopsi sama barat meditasi (seMedi). Eh orang Indonesia belajar yoga dr orang barat, yang lebih super aneh, buku yoga (olah raga) untuk anak kedokteran/fisiotherapi UI terjemahan dari barat! Gubrak. Padahal Yoga itu bagian dari penyebutan masa awal Penciptaan manusia yaitu Kali Yoga, Jaman Besar Kedua, yang padanya terkait dengan penciptaan susunan syaraf manusia.

Itulah kalau bangsa yang tercerabut akarnya. Bisa tidak kenal siapa ibumoyangnya, tidak tahu siapa bapakmoyangnya. Sehingga tak lagi mampu memuliakan peninggalan dan warisannya. Yang ada terheran-heran dengan 'kebesaran' negeri lain yang sebenarnya SEMU.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun