Mohon tunggu...
Umi Lasminah
Umi Lasminah Mohon Tunggu... Penerjemah - warga Jakarta, Indonesia, Semesta. Manusia adalah paling mulia, paling sederhana sekaligus paling kompleks

just the note of personal ideas, in searching of TRUTH as woman who live in Beautiful Indonesia, the legacy of GREAT NUSWANTARA created by the Ancestor of great human

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Dimana Romo Soegija: Menonton Film "Soegjia" Tak Ketemu Beliau

12 Juni 2012   05:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:04 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_187513" align="alignright" width="663" caption="cupilikan film Soegija"][/caption] Saya menonton film Soegjia beberapa hari lalu. Setelah teman saya berhasil mengantri menukarkan vocher tiketnya sejak pagi hari. Kami menadapat kursi terdepan. Tiket sudah diborong. Sewaktu dulu mendengar bahwa Romo Soegija, pahlawan nasional akan dibuatkan filmnya oleh Garin Nugroho saya sangat-sangat skeptik. Karena film ini adalah film biografi harusnya Realis. Dan benarlah kenyataan tersebut, saya kecewa menonton film Soegija. Tak ada kisah pahlawan nasional yang gigih, kuat dan yang pasti dekat dengan Soekarno pendiri bangsa. Film Soegija akhirnya tak lebih sebagai film tentang secuplik kecil sesosok Kanjeng Romo, Uskup pertama Indonesia yang disahkan oleh Vatikan tahun 1940. Tak ada Kisah Romo Kanjeng yang pahlawan nasional, tak ada kisah tentang Jugun ianfu. Film ini akhirnya jadi film komedi saat perang, dengan sedikit latar belakang aktivitas gereja Katolik mendukung Kemerdekaan. Ternyata film Soegija yang muncul dan beredar adalah benar suatu yang disengaja oleh Garin Nugroho, yang membuat film sehingga tidak tampak SOSOK ROMO SOEGIJA. BUKAN BADAN SENSOR FILM yang Membabat potong Kisah Kepahlawanan seorang Romo Kanjeng Soegijapranata. TAPI PEMBUAT FILM, sendiri, Sutradara, Produser dan semuanya memang Memilih FILM dengan SIMBOL, dengan Model Surealis... Parah....kalau mau mendidik Bangsa Indonesia  mengenal Leluhurnya Para Pahlawannya...YA TAMPILIN DONK PANDANGAN HIDUPNYA, MIMPINYA...bukan malah dagelan terus yang ditampilkan. Penuh dengan artistik yang tidak terlalu penting bagi hidup dan pandangan hidup seorang penonton. Parah luar biasa. Adengan kampungan. Romansa kampungan. Ibu yang dijadikan Jugun ianfu dan anak perempuan yang tiba-tiba ketemu setelah memutar lagu di gereja...waaaah parah. Dari dulu Garin Nugroho memang dibesarkan untuk gaya, bergaya. Maka dibuatlah Romo Soegijapranata bergaya...Padahal Romo Soegija tak bergaya... Maka kita tidak akan menemukan kisah ketegasan Romo Soegija di film Soegija. Ada hanya secuplik kata-kata beliau saat meminta para pastur untuk Menjadi Pelayan Rakyat. Jadilah pelayan-pelayan. Romo lapar duluan, rakyat lapar belakangan, Rakyat kenyang duluan Romo Kenyang belakangan. Hanya itu saja...Juga 100 persen Katholik, 100% Indonesia...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun