"Cukup?" Tanya suami.
"Lumayan. Sudah lebih enakan. Susunya?"
"Nanti kalau kakak bangun, kasi ke kakak aja." Ide cerdas.
Sampai beberapa minggu saya masih memompa ASI dan memberikannya pada kakak. Tentu saja setelah dirasa payudara hampir bengkak karena swasembada ASI. Kini, usia adik satu tahun tujuh bulan. Masih tersisa lima bulan lagi jatah ASI untuknya. Dan berbagai tantangan akhirnya dapat dilalui.
***
Saya selalu gagal faham dengan ibu yang malas menyusui anaknya. Padahal betapa tak tergantikan ASI dengan nutrisi apapun. ASI terbaik yang dianugerahkan Tuhan bagi kehidupan bayi, ibu, keluarga bahkan negara. ASI adalah investasi jangka panjang membangun peradaban manusia.
Benar ada kondisi kesehatan ibu yang menghalanginya untuk tidak menyusui bayi, tapi itu hanya kasus dengan jumlah yang sedikit. Dan harusnya, perempuan yang bisa melahirkan meski bersyukur dengan memberi ASI pada bayinya. Sebab, ada keajaiban di sana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H