Namun memang, kesibukan kerja terkadang mempengaruhi kualitas dan kuantitas optimalisasi peran ibu di rumah. Ini yang jadi sumber masalah. Apalagi sampai mengabaikan anak dan suami. Artinya memang, selain komitmen kuat dari si ibu, kesepakatan dengan keluarga juga sangat dibutuhkan agar keputusan ibu bekerja profesional tidak menjadi permasalahan.
Begitu sebaliknya, saya tidak merendahkan bahkan apresiasi bagi perempuan yang memilih fokus di keluarga meski ada peluang kerja dengan po
Saya jadi ingin curhat juga. Kepada para suami, kepada para anak dan terlebih kepada para orang tua kami. Menjadi ibu itu adalah anugerah istimewa. Keinginan untuk mendidik anak menjadi terbaik serta mengurus keluarga adalah bagian keinginan kami. Yakinlah, kami para ibu jauh lebih bahagia jika bisa membahagiakan anggota keluarga.
Tapi tolong, biarkan kami memilih sendiri keputusan dalam hidup kami. Cukup dengan berstatus ibu rumah tangga atau bersiap  juga untuk bekerja profesional. Kami tahu apa konsekuensi dari pilihan itu. Karena kami yang akan menjalaninya jadi mohon tidak menyalahkan atas apapun pilihannya.
Terpenting, kami selalu memperbaiki diri, belajar dan belajar lagi agar dapat mendidik anak dengan sebaik-baiknya. Agar dapat mengurus keluarga sesempurna-sempurnanya.
Walau kami sadar, kami punya kelemahan yang butuh bantuan para suami, para orang tua dan para anak agar apa yang menjadi tanggungjawan kami dapat terlaksana sekuat ikhtiar kami. Agar kelak ketika Allah bertanya tentang status kami sebagai ibu, kami bisa menjawab dengan baik.
"Bunda sampai," teriak anak saya yang duduk di depan, di samping ayahnya. Sore itu, dengan setia suami dan anak-anak menemani saya aktifitas. Yang kata orang "me time" tapi buat saya selalu "our time."
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H