Mohon tunggu...
Umi Laila Sari
Umi Laila Sari Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Izinkan Kami Para Ibu Bebas Memilih (Curhatan Sesama Ibu-ibu di Hari Ibu)

17 Desember 2015   15:05 Diperbarui: 17 Desember 2015   15:05 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun memang, kesibukan kerja terkadang mempengaruhi kualitas dan kuantitas optimalisasi peran ibu di rumah. Ini yang jadi sumber masalah. Apalagi sampai mengabaikan anak dan suami. Artinya memang, selain komitmen kuat dari si ibu, kesepakatan dengan keluarga juga sangat dibutuhkan agar keputusan ibu bekerja profesional tidak menjadi permasalahan.

Begitu sebaliknya, saya tidak merendahkan bahkan apresiasi bagi perempuan yang memilih fokus di keluarga meski ada peluang kerja dengan po

sisi dan fasilitas menjamin. Toh sekolah bukan sertifikasi bekerja. Sekolah adalah proses pembentukan karakter, mengembangkan wawasan serta mengasah keterampilan. Kesemuanya berguna dalam kehidupan bukan hanya di dunia kerja. Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah walau sepenuhnya mengurus keluarga, ibu tetap butuh sarana aktualisasi diri. Ibu tetap memerlukan waktu bersosialisasi dan menyalurkan minatnya agar tidak jenuh dengan rutinitas pagi, siang, malam dan pagi lagi. 

Saya jadi ingin curhat juga. Kepada para suami, kepada para anak dan terlebih kepada para orang tua kami. Menjadi ibu itu adalah anugerah istimewa. Keinginan untuk mendidik anak menjadi terbaik serta mengurus keluarga adalah bagian keinginan kami. Yakinlah, kami para ibu jauh lebih bahagia jika bisa membahagiakan anggota keluarga.

Tapi tolong, biarkan kami memilih sendiri keputusan dalam hidup kami. Cukup dengan berstatus ibu rumah tangga atau bersiap  juga untuk bekerja profesional. Kami tahu apa konsekuensi dari pilihan itu. Karena kami yang akan menjalaninya jadi mohon tidak menyalahkan atas apapun pilihannya.

Terpenting, kami selalu memperbaiki diri, belajar dan belajar lagi agar dapat mendidik anak dengan sebaik-baiknya. Agar dapat mengurus keluarga sesempurna-sempurnanya.

Walau kami sadar, kami punya kelemahan yang butuh bantuan para suami, para orang tua dan para anak agar apa yang menjadi tanggungjawan kami dapat terlaksana sekuat ikhtiar kami. Agar kelak ketika Allah bertanya tentang status kami sebagai ibu, kami bisa menjawab dengan baik.

"Bunda sampai," teriak anak saya yang duduk di depan, di samping ayahnya. Sore itu, dengan setia suami dan anak-anak menemani saya aktifitas. Yang kata orang "me time" tapi buat saya selalu "our time."

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun