Dari segi kemampuan bertahan hidup (survivability), manusia adalah salah satu makhluk yang paling rentan di planet ini. Ironisnya, banyak di antara kita yang kurang menyadarinya.
Di banding dengan makhluk-makhluk lainnya, misalnya burung, manusia jauh ketinggalan. Burung mampu sintas (survive) hanya dengan makanan seadanya. Bahkan burung-burung di daerah kutub bumi bisa hidup tanpa makan selama berbulan-bulan dengan melakukan hibernasi selama musim dingin.
Burung-burung selalu dikepung risiko – bahkan bahaya; namun mereka sanggup mengantisipasi dan mengatasinya secara naluriah dan alamiah, tanpa iptek canggih seperti yang dimiliki manusia.
Manusia pun selalu bergelimang risiko, bahaya, dan dampak, serta menguasai berbagai ilmu dan teknologi untuk mengatasi semua itu, namun tragisnya, survivabilitas manusia jauh lebih rendah dibanding makhluk-makhluk hidup lainnya. Contohnya, jika salah satu kebutuhan dasarnya – utamanya sandang, pangan, dan papan – tak memenuhi standar, manusia bisa sakit, bahkan meninggal.
Dan tragisnya, lagi-lagi, banyak manusia yang kurang menyadari berbagai kelemahannya itu sehingga ancaman-ancaman terhadap kelangsungan hidupnya kian meningkat.
Salah satu yang memperparah kerentanan hidup manusia ialah kesadaran yang rendah terhadap risiko.
Apakah risiko itu?
Risiko (risk) adalah suatu kemungkinan di mana sesuatu yang buruk atau tidak menyenangkan – seperti terluka atau mengalami kerugian – terjadi akibat ulah seseorang atau gara-gara timbulnya sesuatu yang lain baik secara sengaja maupun tidak.
Risiko adalah produk dari bahaya dan dampak.
Bahaya (hazard) adalah sesuatu yang terjadi secara salah. Ia mempunyai berbagai kemungkinan yang berbeda untuk bisa menjadi seperti itu.
Dampak (impact) adalah berbagai konsekuensi yang timbul akibat terjadinya bahaya. Dampak ini mungkin kecil saja, tetapi mungkin pula besar dan menelan banyak korban.
Kita semua paham tentang berbagai risiko, misalnya risiko tabrakan pada waktu menyetir mobil, dan selalu berusaha menghindarinya, atau menekan risiko-risiko itu pada batas-batas yang dapat diterima.
Secara umum kita cenderung menerima dampak-dampak yang besar dari kemungkinan-kemungkinan bahaya yang kecil, tetapi kita berusaha menghindari atau meminimalisir dampak dari bahaya-bahaya yang mungkin terjadi. Misalnya, jika pesawat yang kita tumpangi jatuh sangatlah berbahaya, tetapi ini sangat jarang terjadi. Kebanyakan orang tetap bepergian dengan pesawat.
Jika mobil yang kita tumpangi tabrakan sangatlah berbahaya. Orang-orang pun tidak menyetir mobil sehabis minum alkohol untuk menghindari risiko tabrakan. Mereka memakai sabuk pengaman untuk mengurangi dampak fatal jika terjadi kecelakaan lalu lintas.
Di sini nampak jelas bahwa manusia sangat membutuhkan analisis risiko (risk analysis) serta manajemen risiko (risk management) demi membuat hidupnya nyaman, atau minimal untuk memelihara kelangsungan hidupnya.
Dalam konteks ini, ada dua kebutuhan mendasar (basic needs) yang perlu dianalisis dan dikelola tiap manusia, yaitu kesehatan dan mata pencaharian. Keduanya faktor paling vital ini pada titik maksimum akan membuatnya bisa menikmati kenyamanan hidup, dan pada titik minimum dapat membuatnya sintas.
Manusia mustahil bisa hidup dengan baik jika kesehatan atau mata pencahariannya terganggu. Dan justru gangguan-gangguan tersebut kian hari semakin menjadi-jadi. Coba bayangkan jika tiba-tiba Anda terserang penyakit gawat atau mengalami kecelakaan, atau kehilangan mata pencaharian. Bagaimana Anda mengatasinya? Dengan tabungan? Mungkin saja bisa, tetapi biasanya tabungan – kalaupun Anda punya – jumlahnya tak mencukupi untuk mengatasi masalah yang Anda sedang hadapi.
Lalu, apa solusinya? Menjual aset? Menjual rumah atau properti? Lantas nanti Anda dan keluarga Anda akan tinggal di mana? Ngontrak? Itu pasti tidak efisien dan memperberat beban ekonomi dalam hidup Anda.
Di sinilah pentingnya kita untuk berasuransi. Dan ini kita lakukan sebelum gangguan kesehatan dan mata pencaharian itu betul-betul terjadi di depan mata kita, karena pada saat itu mungkin semuanya sudah terlambat kita lakukan.
Di Indonesia saat ini semakin banyak bermunculan perusahaan-perusahaan asuransi yang menawarkan berbagai produk, baik untuk perlindungan jiwa kita maupun untuk investasi di masa depan dengan cara mencicil sesuai kemampuan kita.
Salah satu di antaranya adalah produk asuransi “Ziaga Jiwa” dari PT Zurich Topas Life Indonesia yang bekerjasama dengan PT Bank Mayapada Internasional, Tbk.
“Ziaga Jiwa” adalah produk asuransi yang unik, istimewa, sangat menolong, dengan premi yang amat terjangkau.
Unik dan istimewanya antara lain karena “Ziaga Jiwa” merupakan asuransi perlindungan jiwa sekaligus instrumen investasi untuk masa depan Anda. Ini betul-betul adalah sarana tanggap risiko bencana serta cara paling efektif untuk membahagiakan keluarga Anda.
“Ziaga Jiwa” sangat menolong karena jumlah dana pertanggungan yang Anda nikmati kelak bisa mencapai Rp 500 juta rupiah.
Preminya amat terjangkau, yaitu mulai dari Rp 4.999,- per hari.
PT Zurich Topas Life Indonesia adalah anak perusahaan dari Zurich Insurance Company di Swiss yang merupakan bagian dari Zurich Financial Services Group yang berkonsentrasi pada pemberian pelayanan di bidang proteksi jiwa serta solusi keuangan bagi para nasabahnya.
Zurich Financial Services Group – atau yang biasa disebut Zurich – adalah penyedia layanan asuransi dan jasa keuangan yang memiliki jaringan global di Amerika Utara, Eropa, Asia Pasifik, Amerika Latin, dan kawasan-kawasan lainnya.
Berdiri sejak tahun 1872, Zurich berkantor pusat di Zurich, Swiss. Raksasa bisnis ini mempekerjakan 60.000 karyawan dan melayani ratusan juta nasabah di lebih dari 170 negara.
Referensi:
- Badan Pusat Statistik
- Dokumen Baiti Jannati
- Informasi PT Zurich Topas Life Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H