Mohon tunggu...
Umi Khoirum
Umi Khoirum Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi S2 KPI UIN SUNAN KALIJAGA

Pengembara Asa

Selanjutnya

Tutup

Diary

Mengapa Terima Apa Adanya?

12 Desember 2021   14:42 Diperbarui: 12 Desember 2021   14:56 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Frasa sopan nan menenangkan, bahkan terkesan agamis dalam aturan sosial, kerap kali menjadikan penerimanya "terbungkam" di beberapa aspek struktur sosial yang tidak menyenangkan.

"Terimalah pasangan mu apa adanya,  syukuri hidupmu, jadilah ibu yang baik dirumah, patuhlah kepada yang lebih tua, jangan membantah atas aturan yang ada,  tak perlulah mengejar dunia,  dan masih banyak lagi lainnya".

Sekilas tak ada yang salah dengan semua frasa tersebut. Membahas nya bukan pula akan menjadikan diri sebagai pembangkang. Namun memang ada beberapa aspek yang perlu diluruskan, Terutama jika "aturan sosial tersebut merampas nilai kemanusiaan"

"Sebagai perempuan, seharusnya kamu..."

"Sebagai lelaki, seharusnya kamu..."

"Syukuri hidupmu, terimalah apa adanya!"

Aspek hidup yang mana? Penerimaan yang seperti apa? Benarkah ini keharusan kita sebagai manusia?

Bukankah tidak semua musti kita terima begitu saja..

Bukankah masih ada yang bisa di usahakan..

Perihal kodrati, tak ada yang bisa mengelak.

Namun "aturan sosial", haruskah di terima dan berlaku universal?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun