Matematika sering dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan menakutkan oleh sebagian siswa di Indonesia. Stigma ini menyebabkan rendahnya minat dan motivasi siswa dalam belajar matematika. Menurut Fitriana dan Aprilia (2021), mindset awal siswa dalam pembelajaran matematika yang sulit dan menakutkan menjadi salah satu faktor penghambat dalam proses pembelajaran. Selain itu pembelajaran matematika yang dianggap membosankan dan sulit menyebabkan siswa sulit memahami matematika dengan baik. Untuk mengatasi stigma tersebut perlu dilakukan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan sehingga dapat merubah stigma negatif dan meningkatkan motivasi belajar terhadap matematika. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan pendekatan pembelajaran berdiferensiasi. Pendekatan ini menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan dan kemampuan individu siswa.
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang menekankan pentingnya menyesuaikan proses pembelajaran dikelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap siswa (Tomlison, 2001). Pendekatan ini didasarkan pada prinsip bahwa setiap siswa adalah individu yang unik dengan kebutuhan, minat dan gaya belajar yang berbeda (Almujib, 2023). Dengan demikian, pembelajaran diferensiasi dirancang untuk mengakomodasi perbedaan tersebut, sehingga setiap siswa dapat belajar secara optimal sesuai dengan potensi mereka.
Menurut Tomlison (2001), ada empat komponen utama dalam pembelajaran diferensiasi, yaitu diferensiasi konten, diferensiasi proses, diferensiasi produk, dan diferensiasi lingkungan belajar. Pertama, diferensiasi konten mengacu pada penyesuaian materi yang diajarkan dengan tingkat kesiapan siswa. Guru dapat memberikan variasi dalam menyampaikan materi spserti menggunakan teks, video, atau gambar untuk siswa visual, serta maniplasi fisik untuk siswa kinestetik (Fitriani & Aprilia, 2021). Misalnya, siswa dengan kemampuan tinggi diberikan tugas tambahan yang menantang, sedangkan siswa dengan kemampuan lebih rendah diberikan panduan langkah demi langkah (Marlina, 2020). Kedua, diferensiasi proses mengacu pada penyesuaian proses pembelajaran yang diterapkan dengan berbagai cara agar memudahkan siswa dalam memahami materi. Guru dapat menggunakan metode seperti diskusi kelompok, eksperimen dan simulasi yang disesuaikan dengan gaya belajar siswa (Handayani & Muhtar, 2022). Pendekatan ini memungkinkan siswa dapat belajar dengan kecepatan mereka sendiri dan melalui metode yang sesuai dengan karakteristik siswa. Ketiga, diferensiasi produk memungkinkan siswa untuk menunjukan pemahamannya melalui berbagai bentuk, seperti poster, presentasi video, simulasi ataupun karya tulis. Hal ini mendorong kratifitas dan memberikan kebebasan bagi siswa untuk memilih cara yang paling nyaman dalam mengekspresikan pemahamannya (Putri dkk, 2023). Keempat, diferensiasi lingkungan belajar yang fleksibel dan kondusif menjadi bagian penting dalam pembelajaran berdiferensiasi. Pengaturan ruang kelas yang nyaman seperti menyediakan sudut belajar individu atau area diskusi kelompok dapat meningkatkan kenyamanan belajar siswa (Santhika dan Jayantika, 2023). Menurut Kemendikbudristek (2023) dalam buku Pemahaman Peserta Didik dan Pembelajarannya, lingkungan belajar merupakan faktor penting dalam keberhasilan pembelajaran karena lingkungan belajar dapat mendukung kegiatan belajar mengajar. Lingkungan belajar yang menyenangkan dan nyaman berkontribusi terhadap tercapainya tujuan pembelajaran.
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pendekatan yang berpusat pada siswa, dimana siswa dipandang sebagai individu yang unik dengan kebutuhan dan potensi yang berbeda (Subhan, 2019). Menurut Subhan (2019), prinsip utama  pembelajaran ini meliputi pembelajaran yaang fokus terhadap siswa, persiapan belajar, keberagaman dalam metode dan asesmen yang berkelanjutan. Oleh karena itu, guru memiliki tenanan penting dalam menyesuaikan konten, proses, dan produk pembelajaran sesuai dengan kebutuhan individu siswa. Selain itu asesmen formatif yang berkelanjutan membantu guru dalam memahami perkembangan siswa dan menyesuaikan strategi pengajaran yang efektif (Brookhart, 2010). Penerapan pembelajaran berdiferensiasi ini telah terbukti meningkatkan keterlibatan dan hasil belajar siswa, menciptakan lingkungan kelas yang inklusif dan mendorong setiap indvidu mencapai potensi maksimalnya (Sofiah dan Hikmawati, 2023).
Pembelajaran berdiferensiasi memiliki berbagai manfaat dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Namun pembelajaran berdiferensiasi memiliki beberpa tantangan, seperti dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi membutuhkan waktu untuk merencanakan, mengelola, dan memberikan pengalaman belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan individu siswa. Keadaan kelas yang beragam menjadi tantangan bagi guru dalam mengelola kelas. Guru juga memerlukan sumber daya tambahan seperti materi pembelajaran yang berbeda, bahan ajar yang disesuaikan, ataupun teknologi yang mendukung pembelajaran (Almujib, 2023). Selain itu risiko kekecewaan siswa pada proses pembelajaran yang mungkin dirasa tidak adil menjadi tantangan bagi guru.
Solusi untuk menghadapi tantangan tersebut adalah guru perlu memahami kebutuhan siswa secara mendalam, menciptakan lingkungan yang inklusif, dan mengembangkan strategi pembelajaran yang efektif  dengan dukungan dari kolaborasi profesional dan sumber daya tambahan (Wahyuni, 2021). Selain itu guru harus bisa mengatur waktu agar lebih efisien dalam menyiapkan ataupun melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi. Untuk mengukur perkembangan peserta didik guru bisa menggunakan asesmen. Menurut kemendikbudristek (2023) dalam buku Prinsip Pengajaran dan Asesmen I, asesmen merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengetahui kebutuhan belajar, perkembangan, dan pencapaian hasil belajar peserta didik, yang kemudian hasilnya digunakan sebagai bahan refleksi serta landasan untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Oleh karena itu guru perlu menyiapkan asesmen sebagai dasar refleksi dalam menyiapkan pembelajaran berdiferensiasi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan peserta didik. Selain itu, untuk menjaga perasaan peserta didik guru harus bisa memberikan pemahaman dari tujuan dilakukannya pengelompokan sesuai dengan kemampuan peserta didik.
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pendekatan pembelajaran yang efektif untuk membangun motivasi belajar peserta didik dalam matematika. Dengan memberikan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan individu, peserta didik akan merasa lebih tertantang, lebih dihargai, dan lebih bersemangat untuk belajar. Melalui pendekatan ini, peserta didik dapat mencapai potensi terbaik mereka karena guru memberikan tantangan yang sesuai dengan kemampuan mereka. Ketika peserta didik merasakan perhatian yang  personal dari guru dan meraih keberhasilan dalam tugas-tugas yang dirancang khusus, maka motivasi belajar merekan akan naik secara signifikan. Meskipun dalam pembelajaran berdiferensiasi terdapat beberapa tantangan, namun manfaat yang diperoleh dari penerapan pembelajaran berdiferensiasi jauh lebih besar. Oleh karena itu, guru harus berupaya untuk meningkatkan kemampuannya dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas.
Daftar Pustaka
Almujib, Saiful. (2023) Pembelajaran Berdiferensiasi: Pendekatan Efektif dalam Menjawab Kebutuhan Diversitas Siswa. Jurnal Kajian Pendidikan Ekonomi dan Ilmu Ekonomi, 8(1), 2549--2284.
Direktorat PPG, Kemendikbudristek. (2023). Pemahaman tentang peserta didik dan pembelajarannya. Jakarta: Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan.
Direktorat PPG, Kemendikbudristek. (2023). Prinsip pengajaran dan asesmen I. Jakarta: Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan.