Entah sampai halaman berapa, ketika saya harus pergi bekerja ke pulau seberang, kitab suci itu tidak saya bawa.Sama sekali tidaÄ· terpikirkan.Duh!
Berbulan-bulan kemudian datanglah bulan ramadan. Duh, lagi, barulah terpikir lagi untuk mengaji, membeli kitab suci lagi. Saya mulai lagi dari awal. Saya niatkan setiap malam tadarus supaya khatam di akhir ramadan.
Lagi-lagi target itu meleset. Begitu hari raya tiba dan sesudahnya, berhenti lagi saya mengaji.Tahun berikut datang bulan ramadan lagi, bahkan saya tidak mengaji satu juz pun.
Astagaaa..
Bandingkan dengan kalau membaca novel. Ayat-ayat Cinta-nya Habiburrahman misalnya, setebal lima ratus halaman hanya butuh waktu semalam tuntas tas tamat.
Juga novel-novel atau membaca buku-buku yang lain, saya belum meletakkannya sebelum sampai halaman terakhir.
Coba katakan, hamba Tuhan macam apa saya ini?
Well, belum terlambat uhtuk bertobat bukan? Selama hayat masih dikandung badan.
Berharap Malaikat Maut belum segera menjemput sebelum khatam Al-qur'an. Serta menyempurnakan amalan yang lain semata demi Ridho Tuhan.
Bagaimana denganmu, kawan?
Jawablah dalam hatimu saja, biarlah hanya Tuhan yang tahu.