Mohon tunggu...
Umi Setyowati
Umi Setyowati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu rumah tangga

Wiraswasta yang suka membaca dan menulis fiksi sesekali saja.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Recehan Pungli

17 Oktober 2016   13:38 Diperbarui: 17 Oktober 2016   14:00 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Serupa rayap-rayap di bawah lemari. 

Dan tikus-tikus menggerogoti. 

Sekuat apapun kayu jati. 

Pada saatnya akan roboh jua suatu hari. 

Seperti itulah recehan pungli. 

Beratus dan beribu -ribu di laci pelosok negeri.

Demi ini dan itu, tetaplah tak bisa ditoleransi. 

Bibit -bibit korupsi perusak tatanan ekonomi. 

 

Recehan deni recehan menjadi trilyunan. 

Dari hari minggu dan bulan. 

Dari sesiapa dipungut tak dipedulikan. 

Bahkan tak peduli bahwa itu diharamkan. 

 

Anehnya, ketika petinggi negeri bertindak. 

Ada saja komentar miring menghentak. 

Sudut pandang berbeda atas nama kepentingan. 

Yang benar disalahkan yang salah dibenarkan. 

 

Wahai, kawan dan saudara anak negeri. 

Mari dukung gerakan anti pungli. 

Setidaknya, mulai dari diri sendiri. 

Membangun ekonomi lebih baik lagi. 

 

Salam. 

*** 

Oktober 172016. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun