Mohon tunggu...
Umi Setyowati
Umi Setyowati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu rumah tangga

Wiraswasta yang suka membaca dan menulis fiksi sesekali saja.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

"Asa yang Tersisa" (9)

23 Maret 2016   21:23 Diperbarui: 23 Maret 2016   21:38 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

#tantangan100harimenulisnovelFC

No.84. Umi Setyowati. 

Bab.I I

9 /

Menyaksikan keriangan dan kemanjaan mbak Ipung kepada Bu Dhe dan Pak Dhe yang begitu akrab. Kok perasaanku jadi gimanaa. ..gitu. Membandingkan dengan yang kualami sendiri. 

Seperti malam tadi, sepulang kami dari THR. Pak Dhe berdua sedang nonton  tv di ruang tengah,duduk lesehan di karpet. Mbak Ipung langsung menghambur ke pangkuan bapaknya. Dan Pak Dhe mencium lama menempelkan kumisnya digesek - gesekan ke pipi mbak Ipung. 

" Idiih. . bapak, kumisnya sudah panjang nyerodok -nyerodok, gatal ih. . " Mbak Ipung menghindar beralih ke pangkuan bu Dhe. Dan justru ditarik lagi oleh pak Dhe, malah dengan sengaja diciumnya bertubi-tubi mbak Ipung,sambil tertawa -tawa menggoda. 

"Ampun. . . ampuuun. . Pak, sudah ih. . . hihihi " pura -pura bergidik dia, dilap dengan tissu pipinya. 

Sedangkan aku. .? belum pernah dan tak akan pernah ada lagi keriangan dan kemanjaan dengan bapak ibuku seperti mbak Ipung. Atau juga seperti teman - temanku yang lain. 

Pertama kali bertemu bapak, aku sudah sekolah TK, Itupun aku tadinya tak tahu dan sulit untuk kumengerti, mengapa aku dan ibuku di Banyuwangi dan bapakku berada jauh di Surabaya. 

Dan bertemu lagi sekarang, aku sudah tamat SD, bukan masanya lagi bermanja -manja seperti anak kecil. Berbicara dengan bapak saja kadang aku masih canggung. Padahal kalau menulis surat, bisa panjang lebar aku bercerita. Sampai dua halaman penuh. 

Di rumah, ibuku sekarang juga tak banyak lagi waktunya bersamaku. Sejak menikah lagi, ada dua adikku, Ariel dan Arly yang belum bisa berjalan, ibuk semakin repot. Kalau pagi sebelum berangkat mengajar, mengurusi dulu dua adikku, dan aku?  mempersiapkan keperluanku ke sekolah sendirian. Ah....mengapa tiba -tiba perasaanku begini ya. . ?

" Hai. . . . Yowa, ngapain bengong di sini?" Mbak Ipung menepuk pundakku mengagetkanku.

"Nggak ngapain, aku cuma melihat -lihat orang lewat dari teras ini, sambil menunggu mbak Ipung bangun tidur" sebisa mungkin kutepis rasa pedih di hatiku. 

" Aku mau mandi dulu ah. . " cepat aku berlari ke belakang,kutinggalkan mbak Ipung yang kelihatannya agak heran degan perubahan di raut wajahku, mungkin.

Masuk ke kamar mandi, kututup pintu, kuhempaskan badanku bersandar di dinding. .Terasa panas wajah dan kedua mataku berkaca - kaca. Tanpa melepas baju, kuguyur air bergayung- gayung membasahi kepala. Nyeees. . . . kesejukan menjalari seluruh tubuhku. Bersabun dan bershampo, sesegera kuselesaikan mandi. Pelan - pelan kubuka pintu , keluar. 

Astagaaaa. . . . mbak Ipung sudah diam -diam berdiri di depan pintu kamar mandi, menatapku tajam penuh selidik. 

"Yow. . . . kamu kenapa?  matamu merah itu, kamu menangis ya Yow?  mbak Ipung mendekapku kencang sekali, duuuh. . . aku jadi terharu. 

"Ngawur ah. . . . kena shampo sedikit tadi, apaan sih menangis " kulepaskan pelukannya, berusaha kutenangkan hatiku. 

" Yo wes, ayo kita sarapan "ditariknya tanganku menuju ruang makan. 

***

Di ruang depan, lho. . . kok bapak sudah ada di sini. Kulihat sedang bicara dengan Pak Lek Sum,bu Dhe dan Pak Dhe di teras.Apa mau menjemputku?  padahal aku belum ingin pulang. Lebih krasan di sini bersama mbak Ipung.

Melihat ada bapak, nyelonong aja mbak Ipung duduk di kursi samping bapak, aku masih berdiri di depan pintu. 

"Pak Lek Harun mau mengajak Yowa pulang tah ?" bertanya mbak Ipung sambil melambaikan tangannya, seakan memberi isyarat agar aku duduk bersamanya. 

"Mau di ajak ke Bonbin , kata Pak Lekmu "Pak Dhe yang menjawab. 

"Ooh. . . . tapi nanti pulang dari Bonbin balikkan ke sini lagi Yowa, biar genap nginap seminggu,ya pak Lek ? pinta mbak Ipung kepada bapak. 

"Terserah Yowa saja Pung, ataaau. . . sekarang kamu sekalian juga ikut ke Bonbin yuk "

"Assyiiik. . . mau mau. .." kegirangan nampaknya mbak Ipung. Menarik lenganku mengajakku ganti baju.Aku ikuti dari belakang. Senang rasanya masih bisa bersamanya. Dia penuh perhatian padaku. 

***

Bersambung. 

Manado 23 Maret 2016. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun