[caption caption="Ilutrasi/Surat Kepada M. Armand/Sumber: freshwallpapers.net"][/caption]
Kepada Abang Muhammad Armad.
Akan kuceritakan sebuah
kisah cintaku
yang berantakan.
Setelahnya nanti, kumohon
Abang memberi pencerahan.
Dan tolong jangan berbagi
cerita dengan teman-teman.
Â
Suatu hari, datang padaku
seorang kuli tinta. Dari media massa
entah di seberang samudera. Syair cintanya
mengalir deras, bagai hujan
di musim kemarau. Sejuk
menyirami hatiku yang tlah lama menggalau.
Tetapi Abang...
Ketika pagi ini aku terjaga,
dua sisi hatiku berdebat.
Sisi hatiku yang kiri berteriak lantang.
"jangan sembarang menerima cinta
yang datang. di luar sana bertebaran pria
mata keranjang"
Dan tahukah Abang.?
Sisi hatiku yang kanan berbisik
lembut, "cinta memanglah
rasa tanpa wujud, datang dan
pergi dari segala sudut, bila
engkau ragu, pintalah
petunjukNya tunaikan shalat
tahajjud"
Aku sesegera mengambil air
wudu bersuci diri.
Bersimpuh, kupanjar do'a di
keheningan pagi.
Semoga Tuhan memberkati. Amiin.
Sadarlah... aku kini.
Dia hanya membawaku ke
alam mimpi. Pada akhirnya
aku harus mengakhiri.
Biarlah cinta yang pergi, iman
di dada tetap terpatri.
----------------
NB:Â Ikuti Event Surat-menyurat di Sini:Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H