ibu rumah tangga, terutama saat anak-anak masih balita dan belum menginjak usia sekolah.Â
Tidak bisa dipungkiri rasa bosan kerapkali datang pada kita yang berstatus sebagai full timeMengapa? Karena saat anak-anak sudah mulai bersekolah, paling tidak kita punya kegiatan tambahan antar jemput anak, yang mana sekaligus juga sebagai ajang bersosialisasi dengan sesama ibu-ibu lain nya.
Ya, ya saya paham, mungkin sebagian besar yang membaca merasa "hah, kegiatan tambahan ? lahwong tidak ada kegiatan tambahan saja sudah repot dengan urusan rumah apalagi kegiatan tambahan?" hehe.Â
Eits tenang dulu, maksudnya di sini, kegiatan tambahan yang sifatnya keluar atau yang mengharuskan kita keluar rumah karena sebagian besar stres yang dirasakan para ibu rumah tangga ini ya salah satunya karena kurang berinteraksi dengan dunia di luar rumah secara real.
Mungkin selama ini cara kita beraktualisasi adalah dengan cara eksis di sosial media, yang mana tidak perlu harus keluar rumah untuk melakukan nya.Â
Padahal, keluar rumah sejenak dan berinteraksi secara nyata dengan orang-orang yang nyata  itu juga penting loh untuk mengusir penat dan bosan.
Mungkin kita sering ya mendengar lelucon kalau sudah jadi ibu rumah tangga, keluar ke minimarket saja sudah bahagia rasanya.Â
Well said, ternyata itu bukan hanya sekedar joke atau lelucon saja, melainkan benar adanya karena setelah sibuk seharian di rumah mengurus urusan domestik dan anak, bisa jalan-jalan untuk sekedar berbelanja kebutuhan rumah di minimarket saja rasanya sudah seperti healing, hehe.
Jadi, memang sangat penting bagi kita semua untuk bisa memanage dan mengatasi rasa bosan dan jenuh ini supaya kita tetap waras karena waras adalah terminologi yang sangat tepat untuk menggambarkan kondisi psikis para ibu rumah tangga yang sendirian mengurus rumah dan anak. Big applause untuk para ibu.
Kita tidak harus selalu menjadi tawanan anak
Mungkin karena faktor doktrin pendidikan dan informasi yang sering kita terima dari lingkungan sekitar yang membentuk paradigma berpikir kita.
Bahwasanya bila menjadi seorang ibu, maka segenap jiwa raga kita 24/7 hanya untuk anak, seolah-olah anak adalah the one and only kehidupan kita.Â
Di satu sisi tidak salah memang, karena anak adalah tanggung jawab kita sebagai orang tua, namun di sisi lain hidup kita juga tidak melulu soal anak saja kan?Â
Ada sendi-sendi kehidupan lain yang juga butuh kita eksplorasi dan kita gali sesuai dengan porsinya masing- masing. Memang betul anak membutuhkan orang tua, namun kita juga tidak harus menjadi tawanan anak sehingga kita tidak bisa melakukan hal yang lainnya.
Kalau sudah begini memang kita yang harus pandai-pandai memilah - milah dan membagi waktu. Memang betul saat anak masih bayi porsi waktu untuk berada di sisi mereka akan lebih banyak karena itu adalah masa-masa kritikal mereka sehingga kita juga harus menyesuaikan dengan prioritas kebutuhan.Â
Namun, saat anak beranjak besar, tentu perlahan demi perlahan kita juga bisa mulai melakukan aktifitas lain di luar koordinat pengasuhan dan pengawasan, misalnya saat anak sudah bersekolah.
Di sela-sela mereka bersekolah kita bisa melakukan hobi atau hal lain yang memang kita suka atau tekuni untuk terus mengasah bakat yang kita punya sehingga kita tidak bingung saat tidak ada anak di sisi kita karena selama ini kita sudah terbiasa bersama mereka terus sampai kita lupa dengan diri sendiri.
Jadi, sangat penting bagi para ibu untuk memiliki kegiatan atau kesibukan yang di sukai di luar koridor kewajiban kita sebagai istri dan ibu untuk menjaga kewarasan dan kesehatan mental kita supaya kita tidak mudah stres dan depresi dengan repetisi kegiatan sehari -- hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H